Kontribusi Rasa Percaya Diri Terhadap Perencanaan Karir Pada Siswa Yatim Piatu di Yayasan Anak Yatim Piatu Awwaliyah Al-Asiyah Kota Bogor Tahun Ajaran 2017/2018 dan Implikasi Bagi Program Bimbingan dan Konseling
Kontribusi Rasa Percaya Diri Terhadap Perencanaan Karir Pada Siswa
Yatim Piatu di Yayasan Anak Yatim Piatu Awwaliyah Al-Asiyah Kota Bogor Tahun
Ajaran 2017/2018 dan Implikasi Bagi Program Bimbingan dan Konseling
I.
Latar
belakang masalah
Pengangguran merupakan salah satu permasalahan yang ada di
Indonesia. Pengangguran yang begitu tinggi bisa membawa dampak negatif dan
permasalahan kemiskinan. Kemiskinan
sering menjadi peneyebab seseorang untuk melakukan tindakan kriminal, seperti
mencuri ataupun penipuan. Dampak lain dari pengangguran secara psikologis
adalah memicu bunuh diri karena tidak siap dengan keadaan yang dihadapi. Jika
kondisi seperti ini terus berlangsung, timbul pertanyaan dimana letak pemahaman
karir sebagai wadah untuk menunjang mencari pekerjaan dan seberapa siapkah
untuk bersaing mendapatkan pekerjaan sesuai karir yang diinginkan agar
mengurangi angka pengangguran di Indonesia.
Karir merupakan suatu keseluruhan kehidupan seseorang dalam
perwujudan diri untuk menjalani hidup dan mencapai tujuan. Untuk mencapai
tujuan tersebut, individu harus memiliki kekuatan yang dimiliki seperti
penguasaan kemampuan dan aspek yang menunjang kesuksesan karir. Perencanaan
karir merupakan salah satu aspek yang paling penting dalam perkembangan karir
individu. Kecakapan dalam mengambil keputusan merupakan tujuan utama dalam
perencanaan karir yang harus ditempuh oleh setiap individu. Setiap orang
mengharapkan langkah dalam menempuh karir bisa berjalan lancar dan sukses.
Kesuksesan seseorang bisa diukur dengan melihat kesuksesan jenjang karir yang
dimiliki. Sukses dalam karir bisa dirasakan dengan perasaan bangga mendapatkan
pekerjaan yang diharapkan, penghasilan yang lebih, status sosial yang tinggi
dan dihargai orang lain. Sebaliknya, jika seseorang gagal dalam menempuh karir
akan merasa rendah diri dengan status pengangguran, tidak bisa mencukupi
kebutuhan hidup, serta dikucilkan oleh masyarakat.
Perencanaan karir yang matang saat sekolah bisa membantu seseorang
untuk lebih mengenal dan memahami bakat dan minat yang dimiliki. Kemampuan
merencanakan karir perlu dimiliki oleh setiap individu termasuk siswa yatim
piatu yang tinggal di yayasan yatim piatu. Perencanaan karir yang dimiliki oleh
siswa berguna untuk pemilihan jenis studi lanjut, dan pemilihan rencana
pekerjaan. Upaya meningkatkan perencanaan karir siswa di yayasan yatim piatu
dapat ditempuh melalui layanan bimbingan dan konseling.
Dalam Undang-Undang Republik Indonesia tahun 2003 No 20 pasal 3
tentang Sistem Pendidikan Nasional menentukan bahwa bimbingan dan konseling
sebagai bagian integral dari sistem pendidikan. Layanan bimbingan konseling di
sekolah bertujuan untuk membantu mengoptimalkan perkembangan siswa dan membantu
memcahkan permasalahan siswa dalam berbagai bidang pelayanan. Bidang layanan dalam bimbingan konseling
terdri dari bidang pribadi, sosial, belajar, dan karir. Layanan bimbingan karir
selain memberikan respon pada masalah-masalah yang dialami siswa, juga
bertujuan untuk membantu siswa memperoleh pengetahuan, sikap, dan ketrampilan dalam
pekerjaan. Selain itu, bimbingan karir menitikberatkan pada perencanaan
kehidupan seseorang dengan mempertimbangkan keadaan individu dengan lingkungan
agar dapat memperoleh pandangan positif ke depan. Dengan demikian, bimbingan
karir berperan penting dalam meningkatkan perencanaan karir siswa.
Bimbingan dan Konseling berperan untuk memeberikam pelayanan
kepada anak yang bermasalah. Di yayasan yatim piatu masih terdapat siswa yang
memiliki rasa percaya diri rendah dalam menentukan karir.
Perjalanan hidup seorang anak tidak selamanya berjalan
dengan mulus. Beberapa anak dihadapkan pada pilihan yang sulit bahwa individu
harus berpisah dari keluarga karena suatu alasan, menjadi yatim, piatu atau
yatim-piatu bahkan mungkin menjadi anak terlantar. Kondisi ini menyebabkan
adanya ketidak lengkapan di dalam suatu keluarga. Ketidak lengkapan ini pada
kenyataanya secara fisik tidak mungkin lagi dapat digantikan tetapi secara
psikologis dapat dilakukan dengan diciptakannya situasi kekeluargaan dan
hadirnya tokoh-tokoh yang dapat berfungsi sebagai pengganti orang tua.
Remaja merupakan peralihan dari masa anakanak menuju
dewasa. Santrock (2009:26) mengatakan bahwa remaja (adolescene)
diartikan sebaga masa perkembangan transisi antara masa anak dan masa dewasa
yang mencakup perubahan biologis, kognitif dan sosial-emosional. Sementara itu,
menurut Yusuf (2009:11) fase remaja merupakan masa terjadi
banjir hormon, yaitu zatzat kimia yang sangat
kuat, yang disekresikan
oleh kelenjar-kelenjar endoktrin
dan dibawa keseluruh tubuh oleh aliran darah
Dalam
melakukan suatu pekerjaan atau kegiatan, semua orang memiliki kemampuan dan
keinginan yang berbeda. Salah satu faktor yang membuat seseorang dapat
melakukan apa yang dia ingin lakukan adalah ketika dia memiliki kepercayaan
diri yang cukup untuk melakukannya. Ketika seseorang kurang memeiliki rasa
percaya diri maka kemungkinan orang tersebut tidak akan dapat bergaul dengan
sesama temannya, melakukan apa yang diinginkannya dan pergi sesuai
keinginannya.
Remaja yang
tinggal di Yayasan Yatim Piatu mempunyai rasa rendah diri atau minder terhadap
keadaan dirinya, tidak seperti teman-teman dalam kondisi keluarga normal. Hal
ini berpengaruh terhadap pergaulan dengan lingkungan. Sementara itu masyarakat
atau teman-teman dalam lingkungan sosial sering memberikan label negatif pada
anak-anak panti asuhan tanpa melihat lebih jauh, mengapa atau bagaimana
berbagai hal negatif ini akan terjadi. Adanya penyimpangan antara harapan dan
kenyataan itulah, maka peneliti merasa perlu untuk meneliti hal tersebut.
Berdasarkan
dari uraian di atas, maka rumusan masalah yang peneliti ajukan adalah apakah
ada kontribusi rasa percaya diri dengan perencanaan pada remaja yang tinggal di
Yayasan Yatim Piatu. Oleh karena itu maka penelitian ini berjudul “Kontribusi
rasa percaya diri dengan
Perencanaan Karir Pada Siswa Yatim di Yayasan Anak Yatim Piatu Awwaliyah Al-Asiyah
Bogor.
II.
Kajian
dan temuan penelitian
a.
Rasa
Percaya Diri
Rasa Percaya diri merupakan modal dasar bagi seseorang untuk
berusaha mencapai sebuah tujuan. Sebelum berbicara lebih jauh tentang percaya
diri, ada baiknya untuk mengetahui arti dari percaya diri.
Hakim (2002:6) memberikan pengertian percaya diri sebagai “suatu keyakinan
seseorang terhadap segala aspek kelebihan yang dimilikinya dan keyakinan
tersebut membuatnya merasa mampu untuk bisa mencapai berbagi tujuan di dalam
hidupnya”.
Indari (2008:16) memberikan pengertian percaya diri sebagai “sikap positif
kemampuan diri untuk mengembangkan penilaian positif baik terhadap diri sendiri
maupun terhadap lingkungan/situasi yang dihadapinya, dimana individu merasa
memiliki kompetensi, yakin, mampu dan percaya bahwa ia bisa karena didukung
oleh pengelaman, potensi aktual, prestasi, serta harapan yang realistik
terhadap diri sendiri”.
Percaya diri menjadi bagian penting dari perkembangan kepribadian
seseorang, sebagai penentu bagaimana seseorang bersikap dan bertingkah laku dan
dalam perencanaan karir seseorang. Rasa percaya diri tidak muncul begitu saja
pada seseorang. Ada proses tertentu di dalam pribadi seseorang sehingga
terjadilah pembentukan rasa percaya diri. Secara garis besar disebutkan bahwa
terbentuknya rasa percaya diri yang kuat terjadi melalui proses sebagai
berikut:
a.
Terbentuknya kepribadian yang baik sesuai proses perkembangan yaitu
pembentukan
rasa percaya diri pada pola asuh keluarga, pembentukan
rasa
percaya diri pada pendidikan formal (sekolah), dan proses pembentukan rasa
percaya diri dalam bersosialisasi dalam lingkungan
sekitar.
b.
Seseorang yang paham terhadap kelebihan yang dimiliki memunculkan
keyakinan
yang kuat untuk melakukan sesuatu dengan memanfaatkan
kelebihan
yang dimiliki seperti mampu berkomunikasi dengan baik dan
mudah
beradaptasi dengan lingkungan yang baru.
Melalui proses tersebut rasa percaya diri yang kuat akan terbentuk
pada diri seseorang. Seseorang yang memiliki rasa percaya diri akan berusaha
sebisa mungkin untuk mengeksplorasi semua kemampuan yang dimilikinya. Seseorang
yang memiliki percaya diri akan menyadari kemampuan yang ada pada diri nya,
mengetahui bahwa dirinya memiliki bakat dan keterampilan sehingga orang
tersebut akan bertindak sesuai dengan kapasitasnya
Rasa Percaya Diri dapat diperolah melalui proses yang berlangsung
sejak usia dini. Adapun faktor-faktor yang memperngaruhi percaya diri yang
paling mendasar yaitu :
a.
Pola
asuh orangtua/wali
Sikap
orang tua akan diterima anak sesuai dengan persepsinya pada saat itu. Orang tua
yang menunjukan kasih sayang, cinta dan penerimaan serta kelekatan emosional
akan membangkitkaan rasa percaya diri pada anak tersebut
b.
Pola
pikir yang negatif
Reaksi
individu terhadap seseorang ataupun sebuah peristiwa dipengaruhi oleh cara
berpikirnya. Individu dengan rasa percaya diri yang rendah cenderung
mempersepsikan segala sesuatu dari sisi negatif. Ia tidak menyadari bahwa dari
dalam dirinyalah semua negativisme itu berasal.Orang yang percaya dirinya
rendah akan mengalami kesulitan untuk memulai berbuat sesuatu karena disebabkan
tidak tahu untuk melakukan serangkaian proses kegiatan yang dilakukan
b.
Perencanaan
Karir
Perencanaan karir adalah sesuatu yang menyangkut masa depan dalam jangka
panjang yang harus
direncanakan sejak jauh
hari. Merencanakan kemana seseorang
ingin melangkah dan
apa yang ingin dicapai. Berikut dijelaskan
beberapa pengertian perencanaan karir berdasarkan beberapa ahli yaitu Parson
dalam Winkel & Hastuti (2010:408), Simamora (2011:504).
Frank Parson dalam Winkel & Hastuti (2010:408) merumuskan perencanaan
karir yaitu suatu cara untuk membantu siswa dalam memilih suatu bidang karir
yang sesuai dengan potensi mereka, sehingga dapat cukup berhasil di bidang
pekerjaan. Perencanaan karir perlu disiapkan sebelum siswa terjun secara langsung
dalam dunia karir. Perencanaan
karir didasarkan atas
potensi yang dimiliki siswa sehingga tidak ada pertentangan antara karir
yang dipilih dengan potensi yang ada pada diri siswa.
III.
Identifikasi
masalah penelitian
Menurut Hakim (2005: 6) Rasa percaya diri yaitu suatu keyakinan
seseorang terhadap segala aspek kelebihan yang dimilikinya dan keyakinan
tersebut membuatnya merasa mampu untuk bisa mencapai berbagai tujuan di dalam
hidupnya. Jadi, dapat dikatakan bahwa seseorang yang memiliki kepercayaan diri
akan optimis di dalam melakukan semua aktivitasnya, dan mempunyai tujuan yang
realistik, artinya individu tersebut akan membuat tujuan hidup yang mampu untuk
dilakukan, sehingga apa yang direncanakan akan dilakukan dengan keyakinan akan
berhasil atau akan mencapai tujuan yang telah ditetapkannya.
Salah satu dari syarat memasuki karir adalah syarat pendidikan.
Secara umum tuntutan pendidikan akan diberlakukan untuk memasuki karir
tertentu, dapat merencanakan apa
yang harus dilakukan
setelah tamat dari sekolah.
Siswa yang mempunyai perencanaan karir pasti sudah ada perencanaan
dalam diri terkait tentang langkah yang harus dilakukan setelah lulus dari
sekolah. Setelah lulus dari sekolah maka siswa akan melakukan hal-hal yang
bermanfaat bagi karir. Kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh siswa akan terarah
pada kegiatan yang akan menunjang kesuksesan karir yang telah direncanakan
siswa. mengetahui cara dan kesempatan memasuki karir yang diinginkan. Salah
satu tujuan dari perencanaan karir adalah untuk bisa mencapai kesuksesan karir
di masa depan. Untuk mencapai kesuksesan karir maka siswa harus mampu
mengetahui cara memasuki karir yang diinginkan. Sehingga siswa yang memiliki
kemampuan perencanaan karir pasti
memiliki pengetahuan tentang cara dan kesempatan untuk memasuki karir yang
diinginkan. mengatur waktu luang secara efektif. Siswa yang
memiliki kemampuan perencanaan
karir, maka siswa akan
memanfaatkan waktu yang ada dengan
sebaik mungkin. Salah satu dari siswa yang memiliki perencanaan karir yaitu
siswa akan mampu mengatur waktu luang secara efektif. Waktu luang yang ada akan
digunakan untuk kegiatankegiatan yang bermanfaat bagi karir yang telah
direncanakan.
Menurut Jordan (Yusuf,
2009:27) aspek-aspek dalam perencanaan karir meliputi: 1)
pemahaman karier adalah membantu pribadi untuk mengembangkan kesatuan dan
gambaran diri serta peranan dalam dunia kerja; 2) mencari informasi,
siswa yang memiliki
perencanaan karir akan memanfaatkan informasi yang telah
didapat dari berbagai sumber untuk dipelajari sehingga setiap siswa memiliki
pemahaman tentang karir; 3) perencanaan dan pengambilan keputusan, merupakan
suatu proses untuk menentukan langkah-langkah yang akan dilakukan dalam karir
untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Berdasarkan ciri-ciri tersebut,
siswa yang tidak memiliki ciri- ciri seperti yang telah disebutkan dapat
dikatakan sebagai siswa yang tidak memiliki perencanaan karir sehingga perlu
diberikan bantuan agar siswa tersebut
bisa merencanakan karir setelah
lulus dari jenjang pendidikan Sekolah Menengah Atas.
Rasa percaya diri sangat berpengaruh terhadap perencanaan karir,
karena dengan rasa percaya diri yang cukup ana akan siap dalam merencanakan
karirnya. Utuk ittu, rasa percaya dir dalam anak ahrus ditumbuhkan terutama
pada anak yatim piatu memiliki rasa percaya diri rendah dibandingkan anak
lainnya. Remaja yang tinggal di yayasan yatim piatu mempunyai
rasa rendah diri atau minder terhadap keadaan dirinya, tidak seperti
teman-teman dalam kondisi keluarga normal. Hal ini berpengaruh terhadap
pergaulan dengan lingkungan. Sementara itu masyarakat atau teman-teman dalam
lingkungan sosial sering memberikan label negatif pada anak-anak panti asuhan
tanpa melihat lebih jauh, mengapa atau bagaimana berbagai hal negatif ini akan
terjadi. Adanya penyimpangan antara harapan dan kenyataan itulah, maka peneliti
merasa perlu untuk meneliti hal tersebut.
Dapat disimpullkan bahwa
rasa percaya diri sangat memiliki kontribusi terhadap perencanaan karir
seseorang karena melalui perencanaan karir, seorang siswa dituntut untuk
mengevaluasi kemampuan dan minat siswa itu sendiri, mempertimbangkan kesempatan
karier alternatif, menyusun sasaran karir, dan merencanakan aktivitas-aktivitas
pengembangan karir secara praktis. Untuk itu, siswa harus memiliki rasa
percaya diri upaya dalam menyelesaikan tugas perencanaan karirnya. Begitupun
dengan anak yatim piatu yang kebanyakan dari mereka memiliki rasa percaya diri
rendah untuk itu harus disiapkan kepercayaan dirinya dalam menentukan karir.
IV.
Pembatasan
Masalah Penelitian
Berdasarkan identifikasi masalah yang telah diuraikan diatas, maka
ruang lingkup kajian penelitian dibatasi dengan memfokuskan penelitian pada
kontribusi rasa percaya diri seorang terhadap perencanaan karir anak yatim di
Yayasan Awwaliyah Al-Asiyah Bogor tahun ajaran 2017/2018.
V.
Perumusan
Masalah Penelitian
Berdasarkan identifikasi dan pembatasan masalah yang telah
diuraikan di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini yaitu :
1. Bagaimana kontribusi dari rasa percaya diri terhadap
perencanaan karir pada anak Yatim Piatu di Yayasan Awwaliyah Al-Asiyah?
2. Apa implikasi dari rasa percaya diri terhadap
perencanaan karir anak yatim bagi program Bimbingan dan Konseling?
VI.
Tujuan
penelitian
Berdasarkan rumusan masalah yang telah diuraikan diatas, maka
tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini adalah :
a. Untuk mengetahui kontribusi percaya diri
terhadap perencanaan karir anak yatim di yayasan Yatim Piatu Awwaliyah
Al-Asiyah Bogor.
b. Untuk mengimplikasikan kontribusi rasa
percaya diri terhadap perencanaan karir anak yatim bagi program bimbingan pada anak
yatim piatu.
VII.
Manfaat
penelitian
Dalam
penelitian ini memiliki dua manfaat, yaitu manfaat teoritis dan manfaat
praktis. Manfaat yang diharapkan dari pelaksanaan penelitian ini adalah :
1. Manfaat Teoritis
Hasil
penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat teoritis untuk mengembangkan
kajian bimbingan dan konseling, khususnya kontribusi rasa percaya diri terhadap
perencanaan karir anak yatim piatu dan implikasinya bagi program bimbingan dan
konseling.
2. Manfaat
Praktis
a. Bagi
Sekolah
Hasil penelitian ini
dapat memberikan informasi baru untuk sekolah/yayasan berkenaan dengan
pentingnya kontribusi rasa percaya diri terhadap perencanaan karir anak dan
implikasinya bagi program bimbingan dan konseling.
b. Bagi
Wali Kelas
Hasil penelitian ini
diharapkan dapat dijadikan acuan untuk pelaksanaan program bimbingan dan
konseling setelah mengetahui kontribusi rasa percaya diri pada perencanaan
karir anak yatim di Yayasan Awwaliyah Al-Asiyah Bogor.
c. Bagi Peneliti Lanjutan
Penelitian ini masih
terbatas pada uji ahli sehingga diharapkan peneliti selanjutnya dapat lebih
mengembangkan penelitian sejenisnya. Kontribusi rasa percaya diri terhadap
perencanaan karir anak yatim piatu, anak dapat dijadikan referensi permasalahan
yang dapat diteliti oleh peneliti selanjutnya. Tidak hanya mendapatkan
pemahaman tentang adanya kontribusi dari rasa percaya diri terhadap perencanaan
karir anak yatim piatu, akan tetapi peneliti selanjutnya dapat menjadikan
program bimbingan dan konseling sebagai sebuah layanan bimbingan belajar.
d. Bagi
Jursan Bimbingan dan Konseling
Hasil penelitian ini
diharapkan menjadikan informasi baru bagi Jurusan Bimbingan dan Konseling bahwa
terdapat permasalahan rasa kurang percaya diri pada anak yatim piatu yang
mempengaruhi perencanaan karirnya.
VIII.
Kajian
Pustaka Penelitian
a.
Kajian
pustaka
1.
Percaya Diri
a.
Definisi
Percaya Diri (Self-Esteem)
Percaya diri merupakan modal dasar bagi seseorang untuk berusaha mencapai
sebuah tujuan. Sebelum berbicara lebih jauh tentang percaya diri, ada baiknya
untuk mengetahui arti dari percaya diri.
Hakim (2002:6) memberikan pengertian percaya diri sebagai “suatu keyakinan
seseorang terhadap segala aspek kelebihan yang dimilikinya dan keyakinan
tersebut membuatnya merasa mampu untuk bisa mencapai berbagi tujuan di dalam
hidupnya”.
Indari (2008:16) memberikan pengertian percaya diri sebagai “sikap positif
kemampuan diri untuk mengembangkan penilaian positif baik terhadap diri sendiri
maupun terhadap lingkungan/situasi yang dihadapinya, dimana individu merasa
memiliki kompetensi, yakin, mampu dan percaya bahwa ia bisa karena didukung
oleh pengelaman, potensi aktual, prestasi, serta harapan yang realistik
terhadap diri sendiri”.
Adapun Hasan Dkk, (dalam Iswidharmanjaya& Agung, 2004:13)
mengatakan
bahwa “Percaya diri adalah kepercayaan dan kemampuan sendiri yang memadai dan
menyadari kemampuan yang dimiliki, serta dapat memanfaatkannya secara tepat”.
Pengertian percaya diri dari kedua ahli tersebut, memiliki satu kesamaan yakni
bahwa percaya diri merupakan keyakinan dalam diri seseorang terhadap kemampuan yang
dimilikinya untuk mencapai suatu tujuan. Sedangkan Maslow (dalam
Iswidharmanjaya & Agung, 2004:14) lebih mengarah kepada kaidah percaya diri
mengatakan bahwa :
”Percaya
diri merupakan modal dasar untuk pengembangan dalam aktualisasi diri
(eksplorasi segala kemampuan dalam diri). Dengan percaya diri seseorang akan
mampu mengenal dan memahami diri sendiri.”
Berdasarkan beberapa pendapat para ahli di atas, maka dapat
disimpulkan bahwa percaya diri adalah sikap positif individu untuk merasa
mampu, yakin, dan percaya terhadap kemampuan yang dimilikinya di dalam mencapai
suatu tujuan serta dapat bersikap positif terhadap lingkungan yang dihadapinya.
Hal ini bukan berarti bahwa individu tersebut mampu dan kompeten melakukan
segala sesuatu seorang diri, melainkan ia memiliki kompetisi yakni mampu dan
percaya bahwa ia bisa karena didukung oleh pengalaman, potensi aktual, prestasi
serta harapan yang realistik terhadap diri sendiri.
Orang yang
dikatakan memiliki kepercayaan diri ialah orang yang merasa puas dengan dirinya
(Gael Lindenfield dalam Kamil, 1998: 3). Adapun gambaran merasa puas terhadap
dirinya adalah orang yang merasa mengetahui dan mengakui terhadap ketrampilan
dan kemampuan yang dimilikinya, serta mampu menunjukkan keberhasilan yang
dicapai dalam kehidupan bersosial. Untuk mencari atau menggali definisi yang
akurat tentang percaya diri, maka harus menganalisis tentang unsur-unsurnya
yang khas. Hal ini dilakukan dengan mendaftarkan sifatsifat dan
ketrampilan-ketrampilan hasil pengamatan terhadap orang yang memiliki tingkat
kepercayaan diri yang tinggi.
Menurut Angelis (2000: 10) kepercayaan diri merupakan suatu
keyakinan dalam jiwa manusia bahwa tantangan hidup apapun harus dihadapi dengan
berbuat sesuatu. Kepercayaan diri itu lahir dari kesadaran bahwa jika
memutuskan untuk melakukan sesuatu, sesuatu itu pula yang harus dilakukan.
Kepercayaan diri itu akan datang dari kesadaran seorang individu bahwa individu
tersebut memiliki tekad untuk melakukan apapun, sampai tujuan yang ia inginkan
tercapai.
Menurut Hakim (2005: 6), rasa percaya diri yaitu suatu keyakinan
seseorang terhadap segala aspek kelebihan yang dimilikinya dan keyakinan
tersebut membuatnya merasa mampu untuk bisa mencapai berbagai tujuan di dalam
hidupnya. Jadi, dapat dikatakan bahwa seseorang yang memiliki kepercayaan diri
akan optimis di dalam melakukan semua aktivitasnya, dan mempunyai tujuan yang
realistik, artinya individu tersebut akan membuat tujuan hidup yang mampu untuk
dilakukan, sehingga apa yang direncanakan akan dilakukan dengan keyakinan akan
berhasil atau akan mencapai tujuan yang telah ditetapkannya.
Siswa yang memiliki kepercayaan diri akan mampu mengetahui
kelebihan yang dimilikinya, karena siswa tersebut menyadari bahwa segala
kelebihan yang dimiliki, kalau tidak dikembangkan, maka tidak akan ada artinya,
akan tetapi kalau kelebihan yang dimilikinya mampu dikembangkan dengan optimal
maka akan mendatangkan kepuasan sehingga akan menumbuhkan kepercayaan diri.
Individu yang percaya diri akan memandang kelemahan sebagai hal
yang wajar dimiliki oleh setiap individu, karena individu yang percaya diri
akan mengubah kelemahan yang dimiliki menjadi motivasi untuk mengembangkan
kelebihannya dan tidak akan membiarkan kelemahannya tersebut menjadi penghambat
dalam mengaktualisasikan kelebihan yang dimilikinya.
Sebagai contoh, siswa yang selalu menjadi juara kelas mampu
menguasai materi pelajaran yang diajarkan di sekolah, sehingga ia merasa yakin
dan tidak takut jika disuruh gurunya untuk mengerjakan soal di depan kelas.
Bahkan, di dalam setiap mata pelajaran, jika guru bertanya atau meminta
seseorang untuk mengerjakan soal di depan kelas, siswa yang menjadi juara kelas
dapat mengajukan diri tanpa diperintah.
Sedangkan Luxori (2004: 4), menyatakan bahwa, percaya diri adalah
hasil dari percampuran antara pikiran dan perasaan yang melahirkan perasaan
rela terhadap diri sendiri. Dengan memiliki kepercayaan diri, seseorang akan
selalu merasa baik, rela dengan kondisi dirinya, akan berpikir bahwa dirinya
adalah manusia yang berkualitas dalam berbagai bidang kehidupan, pekerjaan,
kekeluargaan, dan kemasyarakatan, sehingga dengan sendirinya seseorang yang
percaya diri akan selalu merasakan bahwa dirinya adalah sosok yang berguna dan
memiliki kemampuan untuk bersosialisasi dan bekerja sama dengan masyarakat
lainnya dalam berbagai bidang. Rasa percaya diri yang dimiliki seseorang akan
mendorongnya untuk menyelesaikan setiap aktivitas dengan baik.
Berdasarkan beberapa pengertian tersebut maka dapat ditarik
kesimpulan bahwa kepercayaan diri adalah kesadaran individu akan kekuatan dan
kemampuan yang dimilikinya, meyakini adanya rasa percaya dalam dirinya, merasa
puas terhadap dirinya baik yang bersifat batiniah maupun jasmaniah, dapat
bertindak sesuai dengan kapasitasnya serta mampu mengendalikannya.
b.
Faktor-Faktor
Yang Mempengaruhi Terbentuknya Rasa Percaya Diri
Para ahli berkeyakinan bahwa kepercayaan diri diperolah melalui
proses yang berlangsung sejak usia dini. Adapun faktor-faktor yang memperngaruhi
percaya diri yang paling mendasar adalah :
a.
Pola asuh dan interaksi di usia dini
Sikap
orang tua akan diterima anak sesuai dengan persepsinya pada saat itu. Orang tua
yang menunjukan kasih sayang, cinta dan penerimaan serta kelekatan emosional
akan membangkitkaan rasa percaya diri pada anak tersebut. Anak akan merasa
dihargai dan dikasihi. Meskipun anakmelakukan kesalahan, dari sikap orang tua
anak melihat bahwa dirinya dihargai bukan tergantung pada prestasi ataupun
perbuatan baiknya, namun karena eksistensinya. Anak akan tumbuh menjadi
individu yang mampu menilai positif dirinya dan memiliki harapan yang
realistik.Orang
tua dan masyarakat seringkali meletakkan standar harapan yang kurang realistik
terhadap anak. Sikap suka membanding bandingkan anak, mempergunjing kesalahan
yang dilakukan oleh anak, tanpa sadar menjatuhkan harga diri anak tersebut.
Situasi ini pada akhirnya mendorong anak menjadi individu yang tidak bisa
menerima kenyataan dirinya, karena merasa malu. Rasa percaya diri begitu lemah dan
ketakutannya semakin besar.
b.
Pola pikir yang negatif
Reaksi
individu terhadap seseorang ataupun sebuah peristiwa dipengaruhi oleh cara
berpikirnya. Individu dengan rasa percaya diri yang rendah cenderung
mempersepsikan segala sesuatu dari sisi negatif. Ia tidak menyadari bahwa dari
dalam dirinyalah semua negativisme itu berasal.Orang yang percaya dirinya
rendah akan mengalami kesulitan untuk memulai berbuat sesuatu karena disebabkan
tidak tahu untuk melakukan serangkaian proses kegiatan yang dilakukan. Orang
tersebut
belum mampu
menyusun tahapan-tahapan untuk melakukan kegiatan hingga kegiatan dapat
diwujudkan dan terselesaikan.
c.
Terbentuknya
Percaya Diri dan Tidak Percaya Diri
Percaya diri yang melekat pada diri individu merupakan hasil
belajar bagaimana merespon berbagai rangsangan dari luar melaui interaksi dengan
lingkungannya. Dalam merepon berbagai rangsangan atau peristiwa dar luar maka
seseorang dapat mempersepsikannya. Namun jika dalam mempersepsikan negatif maka
akan muncul perasaan yang tidak menyenangkan kemudian timbul perasaan untuk
menghindarinya.
Hakim (2002:6) menjelaskan terbentuknya rasa percaya diri yang tinggi
terjadi melalui proses, diantaranya :
a.
Terbentuknya kepribadian yang baik sesuai dengan proses perkembangan yang
melahirkan kelebihan-kelebihan tertentu b. Pemahman seseorang terhadap
kelebihan-kelebihan yang dimilikinya dan melahirkannya keyakinan yang kuat
untuk bisa berbuat segala sesuatu dengan memanfaatkan kelebihankelebihannya. c.
Pemahaman dan reaksi positif seseorang terhadap kelemahankelemahan yang
dimilikinya agar tdak menimbulkan rasa rendah diri atau rasa sulit menyesuaikan
diri. Pengalaman di dalam menjalani berbagai aspek kehidupan dengan menggunakan
segala kelebihan yang ada pada dirinya.
Apabila
seseorang tidak memiliki salah satu dari proses tersebut, maka individu
tersebut akan terhambat proses untuk membentuk rasa percaya diri yang tinggi.
Misalkan saja apabila seseorang menemui hambatan dalam perkembangan
bersosialisasinya akan menjadikan seseorang menjadi tertutup dan rendah diri
yang tentunyanya berdampak buruk terhadap perkembangannya dan menjadikan
seseorang tersebut tidak percaya diri.
Dengan
demikian, adapun ciri-ciri orang yang memiliki percaya diri yang
tinggi
adalah sebagai berikut :
a.
Selalu bersikap tenang di dalam mengerjakan segala sesuatu.
b.
Mempunyai potensi dan kemampuan yang memadai.
c.
Mampu menetralisasi ketegangan yang muncul didalam berbagai situasi.
d.
Mampu menyesuaikan diri dan berkomunikasi di berbagai situasi.
e.
Memiliki kondisi mental dan fisik yang cukup menunjang penampilannya.
f.
Memiliki kecerdasan yang cukup.
g.
Memiliki tingkat pendidikan formal yang cukup.
h.
Memiliki keahlian atau ketrampilan lain yang menunjang kehidupannya, misalnya
ketrampilan berbahasa asing.
i.
Memiliki kemampuan bersosialisasi.
j.
Memiliki latar belakang pendidikan yang baik.
k.
Memiliki pengalaman hidup yang menempa mentalnya menjadi kuat dan tahan didalam menghadapi
berbagai cobaan hidup.
l.
Selalu bereaksi positif di dalam menghadapi berbagai masalah, misalnya didalam
menghadapi berbagai masalah, misalnya dengan tetap tegar, sabar dan tabah dalam
menghadapi persoalan hidup. Dengan sikap ini, adanya masalah hidup yang berat
justru semakin memperkuat rasa percaya diri seseorang. Hakim (2002:5)
Pendapat
di atas menunjukan ciri-ciri orang yang mempunyai percaya diri yang tinggi.
Ciri-ciri yang biasa kita lihat dalam kehidupan sehari-hari antara lain
kemampuan bersosialisasi dan menyesuaikan diri. Dengan percaya diri yang tinggi
tentunya lebih mudah membantu kita dalam beradaptasi di setiap kondisi untuk
mencapai apa yang kita inginkan.
Rasa
tidak percaya diri bisa terjadi melalui proses panjang yang dimulaidari
pendidikan
dalam keluarga. Awal dari proses tersebut adalah sebagai
berikut
:
a.
Terbentuknya berbagai kekurangan atau kelemahan dalam berbagai
aspek
kepribadian seseorang yang dimulai dari kehidupan keluarga dan
meliputi
berbagai aspek, seperti aspek mental, fisik, sosial, atau
ekonomi.
b.
Pemahaman negatif seseorang terhadap dirinya sendiri yang cenderung
selalu
memikirkan kekurangan tanpa pernah meyakini bahwa ia juga
memiliki
kelebihan
c.
Kehidupan sosial yang dijalani dengan sikap negatif, seperti merasa
rendah
diri, suka menyendiri, lari dari tanggung jawab, mengisolisasi
diri
dari kelompok, dan reaksi negatif lainnya, yang justru semakin
memperkuat
rasa tidak percaya diri (Hakim, 2002:9). Penjelasan di atas menyebutkan bahwa
rasa tidak percaya dapat terbentuk melalui berbagai kekurangan dalam aspek
kepribadian seseorang, memandang dirinya memiliki kekurangan secara negatif,
dan seseorang yang memiliki kehidupan sosial yang dijalani dengan sikap yang
negatif.
Ciri-ciri
orang yang tidak percaya diri adalah sebagai berikut :
a.
Mudah cemas dalam menghadapi persoalan dengan tingkat
kesulitantertentu.
b.
Gugup dan terkadang bicara gugup.
c.
Tidak tahu bagaimana cara mengembangkan diri untuk memiliki
kelebihan
tertentu.
d.
Sering menyendiri dari kelompok yang dianggap lebih dari dirinya.
e.
Mudah putus asa.
f.
Cenderung bergantung pada orang lain dalam mengatasi masalah.
Hakim
(2005:8-9) Sering bereaksi negatif dalam menghadapi masalah. Misalnya dengan menghindari
tanggung jawab atau mengisolasi diri yang menyebabkan rasa tidak percaya
dirinya semakin buruk.
d.
Membangun
Rasa Percaya Diri Siswa
Dalam
membangun rasa percaya diri pada siswa memang tidak mudah, namun sekolah maupun
lembaga pendidikan merupakan lingkunga yang paling berperan penting untuk bisa
mengembangkan rasa percaya diri anak setelah keluarga. Di lihat dari segi
sosialisasi dikatakan bahwa sekolah memegang peranan lebih penting jika
dibandingkan dengan lingkunga keluarga yang jumlah individunya lebih terbatas. Rasa
percaya diri siswa di sekolah bisa dibangun melalui berbagai macam bentuk
kegiatan sebagai berikut :
a.
Memupuk keberanian untuk bertanya
b.
Peran guru yang aktif bertanya pada siswa
c.
Melatih berdiskusi dan berdebat
d.
Mengerjakan soal di depan kelas
e.
Bersaing dalam mencapai prestasi belajar
f.
Aktif dalam kegiatan pertandingan olahraga
g.
Belajar berpidato
h.
Mengikuti kegiatan ekstrakulikuler
i.
Mengikuti kegiatan seni vokal
j.
Penerapan disiplin yang konsisten
k.
Aktif dalam setia kegiatan bermain musik
l.
Ikut serta di dalam organisasi sekolah
m.
Menjadi ketua kelas
n.
Menjadi pemimpin upacara
o.
Memperluas pergaulan yang sehat
(Hakim,
2002:136-148) Penjelasan di atas merupakan beberapa hal yang dapat dilakukan siswa
untuk dapat menumbuhkan rasa percaya diri siswa, dikarenakan salah satu modal
utama untuk bisa menjadi seseorang dengan kepribadian yang penuh percaya diri
adalah dengan memiliki kelebihan-kelebihan tertentu yang berarti bagi diri
sendiri dan orang lain. Diharapkan dengan berbagai macam kegiatan tersebut
siswa mampu membangun rasa percaya diri.
e.
Ciri-ciri
Orang Yang Percaya Diri
Menurut
Hakim (2005: 5-6) ciri-ciri orang yang percaya diri antara lain :
1. Selalu bersikap tenang di dalam
mengerjakan segala sesuatu;
2. Mempunyai potensi dan kemampuan yang
memadai;
3. Mampu menetralisasi ketegangan yang
muncul di dalam berbagai situasi;
4. Mampu menyesuaikan diri dan
berkomunikasi di berbagai situasi;
5. Memiliki kondisi mental dan fisik yang
cukup menunjang penampilannya;
6. Memiliki kecerdasan yang cukup;
7. Memiliki tingkat pendidikan formal yang
cukup;
8. Memiliki keahlian atau keterampilan
lain yang menunjang kehidupannya, misalnya ketrampilan berbahasa asing;
9. Memiliki kemampuan bersosialisasi;
10. Memiliki latar belakang pendidikan keluarga
yang baik;
11. Memiliki pengalaman hidup yang menempa
mentalnya menjadi kuat dan tahan di dalam menghadapi berbagai cobaan hidup;
12. Selalu bereaksi positif di dalam
menghadapi berbagai masalah, misalnya dengan tetap tegar, sabar, dan tabah
dalam menghadapi persoalan hidup.
f.
Mengembangkan
Kepercayaan Diri
Lindenfield (19: 14) menjelaskan ada beberapa hal yang harus
diperhatikan dalam mengembangkan percaya diri diantaranya adalah sebagai
berikut :
1.
Cinta
Individu
perlu terus merasa dicintai tanpa syarat. Untuk perkembangan harga diri yang
sehat dan langgeng, seseorang harus merasa bahwa dirinya dihargai karena
keadaannya yang sesungguhnya, bukan yang seharusnya atau seperti yang
diinginkan orang lain. Setiap orang hendaknya dicintai tanpa syarat, namun yang
terpenting, individu itu sendiri harus dapat mencinti diri tanpa syarat.
Dengan
merasa tenteram, percaya diri dan mencintai diri sendiri bila semua keinginan
terpenuhi, ini berarti seseorang telah menyayangi diri sendiri secara
bersyarat. Agar seseorang dapat menyayangi diri dengan tulus, hendaknya
individu dapat menyayangi dirinya sendiri karena telah melakukan sesuatu, bukan
karena telah berhasil mencapai sesuatu.
Dalam
kegiatan kelompok seperti bimbingan kelompok, bentuk cinta pada diri sendiri
dapat ditunjukkan dengan menerima diri apa adanya, tidak menyayangi diri secara
bersyarat, memiliki rasa percaya diri dan selalu merasa tenteram. Sedangkan
bentuk cinta yang diberikan oleh orang lain dalam kelompok yaitu mau
mendengarkan pendapat anggota kelompok, mau memberikan saran dan kritik yang
membangun, saling memberi dan menerima bantuan, berempati dengan tulus, anggota
kelompok saling memberi motivasi, serta suka rela memecahkan masalah
bersama-sama.
2.
Rasa
aman
Bila
individu merasa aman, mereka secara tidak langsung akan mencoba mengembangkan
kemampuan mereka dengan menjawab tantangan serta berani mengambil resiko yang
menarik. Di dalam kegiatan bimbingan kelompok, rasa aman ditunjukkan anggota
kelompok dengan saling menjaga rahasia, masing-masing anggota mau terbuka,
jujur, dan percaya pada diri sendiri maupun orang lain, serta saling
menghargai.
3.
Model
peran
Mengajar
lewat contoh adalah cara paling efektif agar anak mengembangkan sikap dan
ketrampilan sosial yang diperlukan untuk percaya diri. Dalam hal ini peran
orang lain sangat dibutuhkan untuk dijadikan contoh bagi individu untuk dapat
mengembangkan rasa percaya diri.
Di
dalam kegiatan koneling kelompok, anggota kelompok dapat menjadikan diri
sendiri maupun orang lain sebagai model. Dengan menjadikan orang lain sebagai
model, individu dapat menjadikan model itu sebagi contoh/ teladan dan dapat
menirunya untuk menumbuhkan rasa percaya diri.
4.
Hubungan
Untuk
mengembangkan rasa percaya diri individu terhadap segala hal, individu jelas
perlu mengalami dan bereksperimen dengan beraneka hubungan dari yang dekat dan
akrab dirumah, teman sebaya maupun yang lebih asing.
Adler
(dalam Supratiknya, 1993: 241) menyatakan bahwa manusia pada dasarnya adalah
makhluk sosial. Manusia selalu menghubungkan dirinya dengan orang lain, ikut
dalam kegiatan kegiatan kerja sama sosial, menempatkan kesejahteraan sosial di
atas kepentingan diri sendiri dan mengembangkan gaya hidup yang mengutamakan
orientasi sosial. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa, dalam menjalani hidup,
setiap orang selalu membutuhkan orang lain dan hendaknya dapat bekerja sama
dengan orang lain, sehingga dapat saling membantu dan memiliki hubungan yang
baik dengan banyak orang, sehingga akan semakin meningkatkan kepercayaan diri
seseorang.
Lindenfield
(2004: 15) juga menyatakan bahwa untuk dapat mengembangkan rasa percaya diri,
seseorang perlu menjalin hubungan baik dengan siapapun baik orang-orang yang
sudah dikenal maupun mampu menjalin hubungan baik dengan orang-orang baru,
karena dengan berhubungan dengan orang lain akan menumbuhkan rasa percaya diri.
Hubungan
dalam kegiatan kelompok menurut Hakim (2005:132), anggota kelompok akan
mendapatkan banyak manfaat antara lain sosialisasi atau pergaulan dengan
teman-teman sebaya; mendapatkan tambahan ketrampilan tertentu, seperti
kepemimpinan dan cara berhubungan dengan orang lain. Di dalam kelompok
seseorang dapat menjalin kerja sama, melakukan penyesuaian dan pendekatan
kepada orang lain. Jika seseorang dapat melakukan hubungan dengan baik maka
perlahan-lahan seseorang akan memiliki kepercayaan diri.
5.
Kesehatan
Untuk
bisa menggunakan sebaik- baiknya kekuatan dan bakat kita, kita butuhkan energi.
Jika mereka dalam keadaan sehat, dalam masyarakat bisa dipastikan biasanya
mendapatkan lebih banyak perhatian, dorongan moral, dan bahkan kesempatan.
Menurut
Hakim (2005: 162), dengan adanya kondisi kesehatan yang lebih prima pada diri
seseorang, akan timbul keyakinan dan rasa percaya diri bahwa dalam diri
individu memiliki kekuatan yang cukup untuk melakukan banyak hal sesuai dengan
keperluan hidupnya, termasuk mengikuti kegiatan kelompok.
6.
Sumber
daya
Sumber
daya memberikan dorongan yang kuat karena dengan perkembangan kemampuan anak
memungkinkan mereka memakai kekuatan tersebut untuk menutupi kelemahan yang
mereka miliki.
7.
Dukungan
Individu
membutuhkan dorongan dan pembinaan bagaimana menggunakan sumber daya yang
mereka miliki. Dukungan jua merupakan factor utama dalam membantu individu
sembuh dari pukulan terhadap rasa percaya diri yang disebabkan oleh trauma,
luka dan kekecewaan.
Menurut
Angelis (2003: 3), rasa percaya diri akan lahir dari kesadaran dirinya sendiri
untuk selalu melakukan sesuatu. Jadi kepercayaan diri itu tidak dapat muncul
dengan tiba-tiba danmemerlukan proses untuk mendapatkan rasa percaya diri.
Penghargaan yang positif atas tindakan yang dilakukan individu akan cenderung
meningkatkan kepercayaan diri, begitu juga sebaliknya, apabila penghargaan yang
diberikan berupa kritikan yang tidak membangun akan membuat seseorang menjadi
rendah diri. Untuk membentuk kepercayaan diri, perananan orang lain di dalam
memahami, member dukungan, dan memberikan saran yang dapat digunakan untuk
memperbaiki diri sangat dibutuhkan.
Dalam
kegiatan kelompok, dukungan dapat ditunjukkan dengan mau mendengarkan pendapat
orang lain, dapat saling memotivasi, dan tidak saling menyalahkan. Dengan
motivasi dan dukungan, seseorang dapat berkembang menjadi lebih kuat untuk
berbuat lebih baik lagi dan penuh percaya diri.
8.
Upah
dan hadiah
Upah
dan hadiah ini merupakan suatu proses untuk mengembangkan percaya diri agar
menyenangkan dari suatu usaha yang telah dilakukan. Hadiah tidak harus berwujud
barang. Dalam kegiatan kelompok, hadiah dapat ditunjukan dengan member
penghargaan dalam bentuk pujian yang disertai dengan saran-saran yang edukatif,
serta anggota kelompok mengusahakan agar seseorang berbuat baik karena
kesadarannya bukan karena ingin memperoleh penghargaan.
2.
Perencanaan
Karir
Perencanaan karir adalah sesuatu yang menyangkut masa depan
dalam jangka panjang
yang harus direncanakan sejak
jauh hari. Merencanakan kemana
seseorang ingin melangkah
dan apa yang ingin dicapai. Berikut dijelaskan
beberapa pengertian perencanaan karir berdasarkan beberapa ahli yaitu Parson
dalam Winkel & Hastuti (2010:408), Simamora (2011:504).
Frank Parson dalam Winkel & Hastuti (2010:408) merumuskan
perencanaan karir yaitu suatu cara untuk membantu siswa dalam memilih suatu
bidang karir yang sesuai dengan potensi mereka, sehingga dapat cukup berhasil
di bidang pekerjaan. Perencanaan karir perlu disiapkan sebelum siswa terjun
secara langsung dalam dunia karir. Perencanaan
karir didasarkan atas
potensi yang dimiliki siswa sehingga tidak ada pertentangan antara karir
yang dipilih dengan potensi yang ada pada diri siswa.
Simamora (2011:504) mengemukakan bahwa perencanaan karier (career
planning) adalah suatu proses dimana individu dapat mengidentifikasi dan
mengambil langkah-langkah untuk mencapai tujuan- tujuan karir. Perencanaan
karir melibatkan pengidentifikasian tujuan- tujuan yang berkaitan dengan karir
dan penyusunan rencana-rencana untuk mencapai tujuan tersebut. Dalam proses
perencanaan karir individu akan memperoleh pengetahuan tentang potensi yang ada
pada diri yang
meliputi keterampilan, minat, pengetahuan, motivasi, dan karakteristik
yang digunakan sebagai dasar dalam pemilihan karir yang kemudian dilanjutkan
dengan menentukan tahapan untuk bisa mencapai karir yang sudah dipilih.
Diteruskan pula oleh Imamora (2011:504) bahwa, perencanaan karier merupakan
proses untuk, menyadari diri sendiri terhadap peluangpeluang,
kesempatan-kesempatan, kendalakendala, pilihan-pilihan, dan
konsekuensikonsekuensi, mengidentifikasi tujuan-tujuan yang berkaitan dengan karier,
dan penyusunan program kerja, pendidikan, dan yang berhubungan dengan
pengalaman-pengalaman yang bersifat pengembangan guna menyediakan arah, waktu,
dan urutan langkah-langkah yang diambil untuk meraih tujuan karier. Berdasarkan
pendapat di atas, maka dapat disimpulkan bahwa perencanaan karir merupakan
suatu proses pemilihan sasaran karir serta cara atau tahapan untuk mencapai
sasaran karir tersebut yang didasarkan atas potensi yang dimiliki. Sasaran
karir yang dipilih merupakan pilihan siswa itu sendiri.
Proses pemilihan sasaran karir harus mempertimbangkan potensi yang
ada pada diri sendiri. Potensi yang dimaksud meliputi bakat, minat,
kepribadian, kemampuan dalam diri siswa sendiri. Setelah siswa mampu menentukan
sasaran karir kemudian dapat ditentukan cara-cara yang harus dilalui untuk
meraih karir yang telah dipilih. Suherman
(2009: 116) mengatakan
bahwa dalam aspek perencanaan karir terdiri dari
indikator-indikator sebagai berikut : 1) mempelajari informasi karir. Informasi
karir mencakup segala informasi yang terkait dengan karir. Informasi karir bisa didapatkan dari berbagai
macam sumber, misal media elektronik, media cetak ataupun sumber yang
bersangkutan secara langsung. Siswa yang memiliki perencanaan karir akan
memanfaatkan Informasi yang telah didapat dari berbagai sumber untuk dipelajari
sehingga setiap siswa memiliki pemahaman tentang karir; 2) membicarakan karir
dengan orang dewasa. Siswa yang memiliki perencanaan karir akan mempunyai
anggapan bahwa orang dewasa merupakan orang yang memiliki banyak pengalaman dan
pengetahuan termasuk salah satu pengalaman dan pengetahuan tentang
karir; 3) mengikuti pendidikan tambahan (kursus). Mengikuti kursus atau
pendidikan tambahan diharapkan agar siswa memilki ketrampilan terkait dengan
karir yang telah dipilih dalam perencanaan karir. Memiliki ketrampilan yang
dibutuhkan dalam karir akan mempermudah siswa untuk dapat sukses dalam karir
yang telah direncanakan; 4) berpartisipasi dengan kegiatan ekstrakurikuler.
Siswa yang memiliki perencanaan karir akan memanfaatkan ekstrakurikuler di
sekolah sebagai media untuk menambah ketrampilan yang akan digunakan dalam
pencapaian karir yang sesuai dengan cita- cita setiap siswa. Siswa yang tidak
memiliki perencanaan karir maka siswa akan bersikap cuek dan acuh serta
mempunyai anggapan bahwa ekstrakurikuler tidak mendatangkan manfaat apapun; 5)
mengikuti pelatihan-pelatihan terkait
dengan pekerjaan yang diinginkan. Sama dengan pendidikan
tambahan dan ekstrakurikuler, diharapkan dengan mengikuti pelatihan-pelatihan
terkait dengan pekerjaan yang diinginkan maka akan menambah ketrampilan yang
ada pada diri siswa serta peningkatan pengetahuan tentang karir; 6) mengetahui
kondisi pekerjaan yang diinginkan. Siswa yang memiliki perencanaan karir maka
akan mempunyai rasa ingin tahu yang tinggi tentang kondisi pekerjaan yang
diinginkan. Siswa bisa memanfaatkan berbagai media serta berbagai sumber
informasi untuk mengetahui kondisi pekerjaan yang diinginkan. Beberapa sumber
antara lain media elektronik, cetak, maupun orang yang sudah berpengalaman dan
memiliki pengetahuan tentang karir; 7) mengetahui persyaratan pendidikan untuk
karir yang diinginkan. Untuk memasuki karir maka dibutuhkan syarat-syarat
tertentu. Salah satu dari syarat memasuki karir adalah syarat pendidikan.
Secara umum tuntutan pendidikan akan diberlakukan untuk memasuki karir
tertentu; 8) dapat merencanakan apa
yang harus dilakukan
setelah tamat dari sekolah.
3. Implikasi
Bagi Bimbingan dan Konseling
Implikasi bagi program
bimbingan dan konseling untuk membantu meningkatkan rasa percaya diri pada
remaja yatim piatu:
Terungkap
masalah pada hasil penelitian mengenai kurangnya rasa percaya diri pada anak
yatim piatu. Maka dengan permasalahan yang uncul tersebut dapat dibantu dengan
memberikan bimbingan kepada anak-anak yatim piatu memilikinrasa rendah diri.
Agar mereka mengungkapkan permasalahan yang mereka alami dan penyebab mereka
memiliki rasa percaya diri yang rendah.
a.
Kerangka
Berpikir
Kerangka pikir adalah dasar penelitian yang diambil dari
fakta-fakta hasil observasi dan kepustakaan yang memuat mengenai teori, dalil,
atau konsep-konsep. Percaya diri dalam penelitian ini adalah percaya diri
remaja Yatim yang tinggal di Yayasan Yatim Piatu. Percaya diri adalah suatu
keyakinan seseorang terhadap segala aspek kelebihan yang dimilikinya dan
keyakinan tersebut membuatnya merasa mampu untuk bisa mencapai berbagai tujuan
di dalam hidupnya. Seseorang dapat memiliki percaya diri yang baik apabila
orang tersebut dapat menyampaikan pendapat kepada orang lain. Percaya diri
sangat bermanfaat dalam berbagai keadaan
Melalui proses tersebut rasa percaya diri yang kuat akan terbentuk
pada diri seseorang. Seseorang yang memiliki rasa percaya diri akan berusaha
sebisa mungkin untuk mengeksplorasi semua kemampuan yang dimilikinya. Seseorang
yang memiliki percaya diri akan menyadari kemampuan yang ada pada diri nya,
mengetahui bahwa dirinya memiliki bakat dan keterampilan sehingga orang
tersebut akan bertindak sesuai dengan kapasitasnya. Secara sederhana dapat
digambarkan sebagai berikut :
![]() |
|||||
![]() |
![]() |
||||
Gambar
1.1 Kerangka Pikir Penelitian
b.
Hipotesis
Hipotesis yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari
hipotesis dua arah yaitu Hipotesis alternative dan hipotesis Nol. Hipotesis
benar jika Hipotesis alternative (Ha) terbukti kebenarannya.
Ha :
Adanya kontribusi rasa percaya diri remaja terhadap perencanaan karir pada
remaja yang tinggal di yayasan yatim piatu.
Ho :
Tidak ada kontribusi dari rasa percaya diri terhadap perencanaan karir remaja
yang tinggal di yayasan anak yatim piatu.
IX.
Metode
dan Teknik Penelitian
Metode
yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode korelasi dengan pendekatan
kualitatif. Pengertian metode menurut Bohar
Suharto (1987:146) dalam indra (2004) adalah “cara kerja untuk dapat
memahami suatu objek penelitian”.
Secara sederhana, korelasi dapat diartikan sebagai hubungan. Namun
ketika dikembangkan lebih jauh, korelasi tidak hanya dapat dipahami sebatas
pengertian tersebut. Korelasi merupakan salah satu teknik analisis dalam
statistik yang digunakan untuk mencari hubungan antara dua variabel yang
bersifat kuantitatif. Hubungan dua variabel tersebut dapat terjadi karena
adanya hubungan sebab akibat atau dapat pula terjadi karena kebetulan saja. Dua
variabel dikatakan berkolerasi apabila perubahan pada variabel yang satu akan
diikuti perubahan pada variabel yang lain secara teratur dengan arah yang sama
(korelasi positif) atau berlawanan (korelasi negatif).
Metode
yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode korelasi dengan pendekatan
kualitatif sederhana, metode penelitian kualitatif adalah metode penelitian yang
berlandaskan pada filsafat positifisme digunakan untuk meneliti pada populasi
atau sampel tertentu (Sugiyono, 2012:7).
Adapun bentuk
pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuesioner.
X.
Lokasi dan Waktu
Penelitian
a. Lokasi
Penelitian
Lokasi penelitian
merupakan suatu tempat atau wilayah dimana penelitian tersebut akan dilakukan.
Adapun penelitian yang dilakukan oleh penulis mengambil lokasi di Yayasan Awwaliyah
Al-Asiyah kota Cibinong-Bogor. Waktu yang digunakan dalam penelitian ini selama
bulan Oktober-November-Desember 2017 di mulai pada saat pengambilan data
pertama mengenai gambaran umum mengenai remaja yang memiliki prasa percaya diri
sampai selesai untuk pengambilan sampel dari sekolah. Penelitian ini dilakukan
di Yayasan Awwaliyah Al-Asiyah yang beralamat di Jl. Raya Jakarta Bogor KM 41,5
Lingkungan 04 Kranji Barat RT. 001 RW. 011 Kelurahan Ciriung Kecamatan Cibinong
Kabupaten Bogor.
b. Waktu
Penelitian
Tabel 2. Waktu
penelitian
No
|
Kegiatan
|
Oktober
|
November
|
Desember
|
|||||||
3
|
4
|
2
|
2
|
3
|
4
|
1
|
2
|
3
|
4
|
||
1.
|
Pra penelitian
|
||||||||||
2.
|
Penelitian
|
||||||||||
3.
|
Analisis
|
||||||||||
4.
|
Penulisan laporan
|
Gambar
X.I
XI.
Definisi Istilah
Penelitian (DOV)
Definisi Operasional Percaya
diri adalah suatu keyakinan seseorang terhadap segala aspek kelebihan yang
dimilikinya dan keyakinan tersebut membuatnya merasa mampu untuk bisa mencapai
berbagai tujuan di dalam hidupnya. Dengan demikian yang dimaksud percaya diri
dalam penelitian ini yaitu percaya pada kemampuan sendiri, bersikap psositif,
realistis, bersikap tenang, berani menerima dan menghadapi penolakan. Adapun
indikator dari percaya diri adalah sebagai berikut :
1. Bersikap positif
2. Realistis
3. Percaya pada
kemampuan sendiri
4. Berani menerima dan
menghadapi penolakan
5. Bersikap tenang
XII.
Variabel dan Indikator
Penelitian
Menurut
Sugiyono (2015:60) variabel penelitian adalah segala sesuatu yang terbentuk apa
saja yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari sehingga diperoleh
informasi tentang hal tersebut, kemudian ditarik kesimpulannya.
Variabel
yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah variabel bebas
(independen)
dan variabel terikat (dependen), yaitu :
a. Variabel bebas (independen)
adalah variabel yang mempengaruhi atau yang menjadi sebab perubahan atau
timbulnya variabel dependen (terikat). Variabel bebas dalam penelitian ini
yaitu konseling kelompok pendekatan client centered
b. Variabel terikat (dependen)
adalah variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat, karena adanya
variabel bebas. Variabel terikat dalam penelitian ini adalah rendahnya percaya
diri siswa.
XIII. Prosedur
Penelitian
Penelitian
kualitatif pelaksanaannya berdasarkan prosedur yang telah direncanakan
sebelumnya. Adapun prosedur penelitian kualitatif terdiri dari tahapan-tahapan
kegiatan sebagai berikut.
a.
Identifikasi
permasalahan
b.
Studi
literatur.
c.
Pengembangan
kerangka konsep
d.
Identifikasi
dan definisi variabel, dan pertanyaan penelitian.
e.
Pengembangan
disain penelitian.
f. Teknik sampling.
g.
Pengumpulan
dan kuantifikasi data.
h.
Analisis
data.
i.
Interpretasi
dan komunikasi hasil penelitian.
XIV. Populasi
dan Sampel Penelitian
a. Populasi
Penelitian
Kartini
Kartono (1990:133) mengemukakan bahwa populasi adalah totalitas semua kasus,
kejadian, hal-hal, dan lain-lain. Populasi itu dapat berwujud sejumlah manusia,
kurikulum, kemampuan, manajemen, alat-alat mengajar, cara mengajar, cara
pengadministrasian, kepemimpinan, peristiwa dan lain-lain. Sedangkan, Moh Surya
menyatakan bahwa “Populasi adalah sejumlah individu atau subjek yang terdapat
dalam kelompok tertentu yang dijadikan sumber data, yang berada dalam daerah
yang jelas batasannya, mempunyai pola-pola yang unik serta memiliki keseragaman
ciri-ciri didalamnya yang diukur secara kualitatif untuk memperoleh kesimpulan
penelitian (Moh Surya, 1974:8).
Adapun
yang menjadi populasi pada penelitian ini yaitu di Yayasan Anak Awwaliyah
Al-asiyah Kota Bogor.
Tabel XIV.I
populasi penelitian
No
|
Populasi
Anak Yatim Piatu
|
Jumlah
|
1
|
Lak-laki
|
11
Orang
|
2
|
Perempuan
|
11
Orang
|
Jumlah
|
22
Orang
|
Keterangan:
data didapat dari staff pengurus Yayasan Awwaliyah Al-Asiyah.
b. Sampel
Penelitian
Suharsimi
Arikunto (1993:104), Mengemukakan bahwa sampel adalah sebagian atau wakil
populasi yang di teliti kemudian. seperti yang telah dikemukakan oleh Kartini
Kartono bahwa sampel adalah contoh, master representative, atau wakil dari
suatu populasi yang cukup besar jumlahnya yaitu suatu bagian dari keseluruhan
yang dipilih dan representative dari keseluruhannya. Dalam penelitian ini
peneliti mengambil semua anak Yatim Piatu di Yayasan Awwaliyah Al-Asiyah
Kartini
Kartono (1986:120), Mengemukakan secara mutlak yang menentukan berapa persen
sampel tersebut harus diambil dari populasi. Dalam penelitian ini peneliti
mengambil sampel secara keseluruhan.
Peneliti
melakukan beberapa langkah sebelum mendapatkan sampel, berikut adalah beberapa
lanngkah yang peneliti laukan:
1. Menentukan
sekolah/ Yayasan
Dalam menentukan jumlah
sampel yamg akan diambil oleh peneliti untuk melakukan penelitian, maka yang
pertama peneliti lakukan yaitu menentukan sekolah dimana tempat peneliti untuk
melakukan penelitian. Dalam penelitian ini, peneliti melakukan penelitian di
Yayasan Awwaliyah Al-Asiyah yang beralamat di Jl. Raya Jakarta Bogor KM 41,5
Lingkungan 04 Kranji Barat RT. 001 RW. 011 Kelurahan Ciriung Kecamatan Cibinong
Kabupaten Bogor.
2. Menentukan
tingkatan
Setelah peneliti
mendapatkan sekolah yang akan ditindak lanjuti, peneliti memilih anak Yatim
Piatu yang akan dijadikan sebagai ampel dalam penelitian ini. Peneliti beranggapan
bahwa siswa kelas Yatim Piatu sangat cocok untuk dijadikan sampel dalam
penelitian. Karena ana Yatim perlu dilatih rasa percaya diri agar tidak merasa
minder ketika menghadapi anak-ana lain yang lebih beruntung dari anak yatim.
3. Menentukan
jumlah
Dalam penelitian ini
peneliti mengambil semua jumlah Anak Yatim Piatu yang terdapat di Yayasan Awwaliyah
Al-Asiyah.
XV.
Teknik Penelitian
a. Teknik
Pengumpulan Data Penelitian
1. Skala
Skala pada penelitian
ini menggunakan skala percaya diri dengan model
Likert.
Peneliti menggunakan skala dengan 5 pilihan jawaban untuk
mengetahui tingkat pemahaman
diri dan rasa percaya diri siswa. Skala ini diberikan kepada siswa Yayasan Awwaliyah
Al-Asiyah Kota Bogor.
Menurut
(Azwar 2010:3), skala psikologi merupakan alat ukur aspek
atau atribut afektif. Skala
psikologi memiliki karakteristik antara lain:
stimulusnya berupa
pertanyaan atau pernyataan yang tidak langsung mengungkap atribut yang hendak
diukur melainkan mengungkap indikator perilaku dari atribut yang bersangkutan,
dikarenakan atribut psikologis diungkap secara tidak langsung lewat
indikator-indikator perilaku sedangkan indikator perilaku diterjemahkan dalam
bentuk item-item, maka skala psikologi selalu berisi banyak item, respon subjek
tidak diklasifikasikan sebagai jawaban benar atau salah. Skala psikologis ini
digunakan untuk mengungkapkan aspek psikologi mengenai percaya diri.
Peneliti memperhatikan
tujuan ukur, metode penskalaan dan format item yang dipilih, sehingga respon
yang disajikan dalam skala adalah dalam bentuk pilihan jawaban yang terdiri
dari lima jawaban kesesuaian antara responden dengan penyataan yang disajikan.
Jawaban kesesuaian antara responden dengan penyataan yang disajikan tersebut
adalah:
Tabel IX.I Kategori Jawaban Skala Psikologi
No
|
Pernyataan
positif
|
Pertanyaan
negatif
|
||
Jawaban
|
Nilai
|
Jawaban
|
Nilai
|
|
1
|
SS
|
5
|
SS
|
1
|
2
|
S
|
4
|
S
|
2
|
3
|
TS
|
2
|
TS
|
4
|
4
|
STS
|
1
|
STS
|
5
|
Skala
likert ini disusun dalam bentuk skala. Dalam skala likert,
responden akan di berikan pernyataan-pernyataan dengan beberapa alternatif
jawaban yang dianggap oleh responden sangat tepat.
Alternatif jawaban yang
digunakan dalam penelitian ini terdiri dari 5 alternatif yaitu:
Sangat Sesuai (SS), Sesuai
(S), Ragu-Ragu (RR), Tidak Sesuai (TS), Sangat
Tidak Sesuai (STS).
Kriteria skala percaya
diri dikategorikan menjadi 2 yaitu: negatif dan positif atau tinggi dan rendah.
Untuk mengkategorikannya, terlebih dahulu ditentukan besarnya interval dengan
rumus sebagai berikut:
=NT−NR
K
Keterangan :
Interval
2NT : Nilai tertinggi
NR : Nilai terendah
K : Jumlah kategori
b. Teknik
Pengolahan Data Penelitian
1.
Mengelompokkan Data
Terdapat dua jenis
2.
Kegiatan awal dalam
mengelompokkan data
a. Editing,
yaitu memeriksa data yang sudah terkumpul, meliputi kelengkapan isian, tulisan,
kejelasan jawaban, relevansi jawaban dan sebagainya.
b. Coding,
yaitu kegiatan memberikan kode pada setiap data yang sudah terkumpul brtujuan
untuk memudahkan penganilisisan data disetiap instrumen penelitian
c. Tabulating,
yaitu memasukkan data yang sudah dikelompokkan kedalam tabel-tabel agar mudah
dipahami.
XVI. Instrumen
Penelitian
a.
Instrumen
penelitian
Instrumen
yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuisioner, menurut Yusuf
(2013:199) kuisioner adalah rangkaian pertanyaan atau pernyataan yang
berhubungan langsung dengan suatu topik tertentu, diberikan pada sekelompok
individu dengan maksud memperoleh data.
b.
Kisi-kisi
instrumen
Dalam pembuatan
instrumen penelitian berpacu pada kisi-kisi yang diadaptasi dari teori Medinus dan
Johnson yang dapat dilihat sebagai berikut:
Tabel
5. Kisi-kisi instrumen
Aspek
|
Indikator
|
Sub indikator
|
No item
|
Jml
|
|
+
|
-
|
||||
Keputusan
hidup
|
Tidak
plin-plan, tidak ragu-ragu, tidak minder
|
Ragu-ragu
|
1.3
|
2.4
|
4
|
Tidak konsisten
|
5.7
|
6.8
|
4
|
||
Bimbang
|
9.12
|
10.11
|
4
|
||
Minder
|
13.15
|
14.16
|
4
|
||
Rendah diri
|
12.17
|
18.19
|
4
|
||
Kebingungan
|
20.22
|
21.23
|
4
|
||
Cemas
|
24
|
27
|
2
|
||
Power yang kuat
|
Kharismatik
dan disegani
|
Teguh pendirian
|
26
|
29
|
2
|
Konsisten
|
30
|
32
|
2
|
||
Menyesuaikan diri
|
Terbebas
dari rasa terancam atau rasa tertekan oleh keadaan atau oleh lingkungan
|
Canggung
|
34
|
37
|
2
|
Takut
|
39
|
35
|
2
|
||
Cenderung
putus asa dan menyerah
|
Memiliki jati diri
|
Putus asa
|
31
|
33
|
2
|
Willing
to take responsibillity
|
Berkomitmen dan bertanggung jawab
|
Berkomitmen dan tanggung jawab
|
36, 40.
|
38, 25
|
4
|
Jumlah
|
20
|
20
|
40
|
XVII. Data
Penelitian
Data yang diperoleh dari responden akan di
analisis dengan menggunakan aplikasi SPSS 10 menggunakan metode korelasi.
XVIII. Jadwal Penelitian
Penelitian
yang peneliti lakukan dalam proses penulisan laopran ini membutuhkan waktu
selama 3 Bulan. Adapun jadwal yang
peneliti lakukan ke Yayasan Awwaliyah Al-Asiyah Kota Bogor yaitu dapat dilihat
pada tabel berikut:
Berikut jadwal
penelitian yang akan dilaksanakan di Yayasan Awwaliyah Al-Asiyah Kota Bogor.
Tabel XVIII.I Jadwal Penelitian
Kegiatan
|
Pelaksanaan
|
Pengumpulan
data semua santri
|
4
November 2017
|
Pengumpulan
data kelas santri Yatim Piatu
|
5
November 2017
|
Daftar Pustaka
Arikunto,
Suharsimi. 2002. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Rineka
Cipta
Ali, Mohammad.
2014. Psikologi Remaja. Jakarta: Bumi Aksara
Azwar,
Saifuddin. 2010. Penyusunan Skala Psikologi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Hakim, Thursan.
2002. Mengatasi Rasa Tidak Percaya Diri. Jakarta: Puspa Swara.
Iswidharmanjaya,
Derry dan Gregorius Agung. 2004. Satu Hari Menjadi Lebih Percaya Diri : Panduan
Bagi Remaja yang Masih Mencari Jadi Dirinya. Jakarta: PT Elex Media Komputindo.
Kurnanto, M.Edi.
2014. Konseling Kelompok. Bandung: Alfabeta.
Mastuti, Indari.
2008. 50 Kiat Percaya diri. Jakarta: Hi-Fest Publishing.
Narbuko, Cholid.
2009. Metodologi Penelitian. Jakarta: Bumi Aksara.
Nazir, Moh.
2014. Metode Penelitian. Bogor: Ghalia Indonesia.
Prayitno. 1995.
Layanan Bimbingan Dan Konseling Kelompok (Dasar dan Profil). Jakarta: Ghalia
Indonesia.
Prayitno &
Amti Erman. 2004. Dasar-Dasar Bimbingan Dan Konseling. Jakarta: Rineka Cipta.
Riduwan.2005.
Belajar Mudah Penelitian untuk Guru, Karawan dan Peneliti Pemula: Bandung:
Alfabeta.
Santrock, John
W. (2009). Psikologi Pendidikan. Jakarta: Salemba Humanika.
Sugiyono. 2015.
Metode Penelitian Pendidikan (Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D).
Bandung: Alfabeta.
Sukardi, Dewa
Ketut. 2002. Pengantar Pelaksanaan Program Bimbingan dan Konseling di Sekolah.
Jakarta : PT. Rineka Cipta
Sukitman, Tri.
2015. Panduan Lengkap dan Aplikatif Bimbingan Konseling Berbasis Pe Walgito, B. (2010). Bimbingan Dan
Konseling (Studi Karier). Yogyakarta: Andi.
Winkel, W.
S & Hastuti,
S. (2010). Bimbingan
dan Konseling di
Institusi Pendidikan. Yogyakarta: Media Abadi.ndidikan Karakter.
Yogyakarta DIVA Press.
Winkel. 1991.
Bimbingan dan Konseling di Institusi Pendidikan. Jakarta: Grasindo.
Komentar
Posting Komentar