PEMBAHASAN
A. FIRMAN ALLAH SWT TENTANG MORAL UMAT NASRANI
1.
QS Al-Maidah [5] : 14[1]
وَمِنَ
الَّذِينَ قَالُوا إِنَّا نَصَارَىٰ أَخَذْنَا مِيثَاقَهُمْ فَنَسُوا حَظًّا
مِمَّا ذُكِّرُوا بِهِ فَأَغْرَيْنَا بَيْنَهُمُ الْعَدَاوَةَ وَالْبَغْضَاءَ
إِلَىٰ يَوْمِ الْقِيَامَةِ ۚ وَسَوْفَ يُنَبِّئُهُمُ اللَّهُ بِمَا كَانُوا
يَصْنَعُونَ
Dan diantara
orang-orang yang mengatakan: "[2]Sesungguhnya
kami ini orang-orang Nasrani", ada yang telah kami ambil perjanjian
mereka, tetapi mereka (sengaja) melupakan sebagian dari apa yang mereka telah
diberi peringatan dengannya; maka Kami timbulkan di antara mereka permusuhan
dan kebencian sampai hari kiamat. Dan kelak Allah akan memberitakan kepada
mereka apa yang mereka kerjakan.
2.
QS Al-Maryam [19] :
32-33[3]
وَبَرًّا
بِوَالِدَتِي وَلَمْ يَجْعَلْنِي جَبَّارًا شَقِيًّا
وَالسَّلَامُ عَلَيَّ يَوْمَ وُلِدْتُ
وَيَوْمَ أَمُوتُ وَيَوْمَ أُبْعَثُ حَيًّا
Dan berbakti
kepada ibuku, dan Dia tidak menjadikan aku seorang yang sombong lagi celaka,Dan
kesejahteraan semoga dilimpahkan kepadaku, pada hari aku dilahirkan, pada hari
aku meninggal dan pada hari aku dibangkitkan hidup kembali".
B. Kitab Suci sebagai sumber Etika.
Kitab Suci (Alkitab) adalah sumber utama untuk Etika
Kristen. Banyak orang menyangkalnya, juga banyak teolog, atas dasar bahwa waktu
dan tempat terlalu berbeda. Tetapi kami yakin bahwa Roh Kudus yang telah
mengilhamkan Kitab Suci untuk menjadi Firman Tuhan bagi segala zaman, sanggup
untuk membuat Alkitab menjadi sumber bagi setiap orang yang hendak menimba
daripadanya.
Dalam Kitab Perjanjian Baru sering ditemukan
orang-orang suci yang mendasarkan
[4]Pandangan mereka atas [5]kitab
Perjanjian Lama, mis. Ul 32:35 dalam Roma 12:19. 2 Kor.8:15, 9:9 mengutip Kel.
16:18 dan Mazm 112:9 tentang hal memberi. 1 Kor. 10 menyebut sejarah Israel di
padang gurun sebagai pengajaran bagi kita. ‘Sebab ada tertulis’ merupakan
alasan kuat.[6].Begitu
juga pandangan dalam sejarah gereja. Augustinus, Tomas dari Aquino, Luter dan
Calvin bersumber pada otoritas Alkitab. Kedudukan Alkitab berubah total ketika
para penafsir, berdasarkan ilmu yang disebut penelitian historis-kritis, tidak
menerima lagi kesatuan Alkitab dan menganggap Alkitab sebagai
kesaksian-kesaksian manusiawi yang bertentangan satu dengan yang lain. Sejak
itu selalu diterbitkan buku-buku tentang mis. etika Yesus yang eskatologis,
etika jemaat-jemaat pertama, etika Paulus yang kristologis dll. Judul-judul seperti
itu menurut kami tidak tepat sebab mengesankan bahwa terdapat bermacam-macam
etika dalam Alkitab.
Dalam abad XX, di bawah pengaruh filsafat
eksistensialisme,disangkal bahwa terdapat kebenaran-kebenaran yang tetap
berlaku. Katanya: tidak mungkin untuk menempatkan buku Alkitab dalam sebuah
aku-anda relasi, yaitu relasi Allah dan manusia, atau manusia dengan manusia.
Teologi K. Barth dicoraki oleh filsafat tersebut. Dan menurut filsafat
tersebut, setiap kebenaran, baru terwujud dalam sebuah relasi.
Terdapat teolog-teolog yang tidak menerima Alkitab
sebagai Firman Tuhan dan sebagai sumber untuk etika, tetapi menerima saja
beberapa model dari Alkitab, yang menurut mereka memiliki wibawa dari Allah.
Pertanyaan kami ialah mengapa beberapa model saja diterima sebagai berwibawa
dan Alkitab sendiri tidak. Dan juga: model-model apa yang layak diterima dan
apa tidak? Contoh: Exodus motif, sebagai dasar untuk teologi Pembebasan, atau
motif Khotbah di bukit. Atau motif kasih.Berbeda sekali dengan pola tadi adalah
‘biblisisme’, yaitu bahwa nas-nas Alkitab diterima terlepas daripada konteks.
Perbedaan waktu dan tempat tidak dihiraukan. Mis. kutuk atas Ham (Kej. 9:29)
menjadi dasar untuk mempertahankan perbudakan orang negro[7],
atau [8]Yoh.
9:4a sebagai dasar untuk bekerja seminimal 9 jam sehari, atau enam hari
seminggu (Kel. 20:9).
[9]Alkitab adalah Firman Tuhan yang oleh pekerjaan Roh Kudus merupakan pedang
yang bermata dua (Ibr. 4 :12). Tetapi selalu harus kita memeriksa diri apakah
kita menggunakan Alkitab dengan murni dan tidak biblisistis. Mereka yang tidak
menerima Alkitab sebagai Firman Tuhan seringkali mengatakan bahwa orang Kristen
yang menerima Alkitab sebagai sumber Etika adalah orang yang biblisistis.
Tuduhan itu tidak tepat bila pembaca Alkitab yang menerima wibawa Alkitab
memperhatikan juga konteks setiap nas. Menurut Douma dapat dibedakan antara
empat penggunaan Alkitab:
1. Apabila digunakan secara langsung, Alkitab adalah seperti pemandu. Dalam
keadaan konkrit terdapat petunjuk Alkitab yang konkrit.
2. Alkitab adalah tetap seperti penjaga, yang tidak menunjuk jalan yang benar
tetapi memberikan aba-aba untuk tidak ikut jalan yang salah. Dalam keadaan
konkrit Alkitab memberikan peringatan untuk tidak melakukan sesuatu yang salah
itu.
3. Alkitab digunakan juga sebagai penunjuk arah,yang dalam lalu lintas
menunjuk tujuan kepada pengemudi-pengemudi. Sebab Alkitab memberikan
faktor-faktor yang tetap, dan yang direktif bagi kita.
4.
Di samping itu Alkitab
memberikan banyak contoh, mis. dari Yesus Kristus sendiri: contoh-contoh seperti
itu sering tidak mengajar kelakuan konkrit melainkan etos Kristen secara
umum.Catatan: Menyangkut Alkitab sebagai penjaga dapat ditambahkan umpamanya
bahwa perkembangan-perkembangan historis seperti pembubaran perbudakan,
penghentian poligami, penjajahan, memang tidak langsung diperintah dalam
Alkitab tetapi benar-benar adalah sesuai ajaran Alkitab dan juga sesuai
perkembangan sejarah.Menyangkut Alkitab sebagai penunjuk arah: terdapat
masalah-masalah etis yang jawabannya tidak ada dalam Alkitab, oleh karena pada
waktu itu masalah-masalah tersebut belum bisa ada: mis. bayi tabung,
penyelidikan DNA. Tetapi karena Tuhan menetapkan faktor-faktor
Yang tetap berlaku maka Alkitab berguna dalam permasalahan itu juga,
misalnya melalui unsur-unsur seperti ‘jangan membunuh’, ‘manusia adalah gambar
Allah dll.
C. Sejarah Singkat Yahudi
Yahudi adalah agama samawi (yang berdasarkan wahyu dari Allah). Agama ini
ada sekitar 2000 tahun sebelum agama Islam turun. Kitab sucinya adalah
at-Taurat yang diturunkan kepada Nabi Musa.
Ada beberapa pendapat mengenai asal kata Yahudi,
diantaranya yang paling mendekati kebenaran adalah bahwa kata yahūd diambil
dari kata hāda-yahūdu yang berarti raja’a-yarji’u (kembali).3Makna ini
diperkuat,[10]
“Innā hudnā ilak, artinya
sesungguhnya aku (Musa) telah kembali kepadamu.”Ayat
ini menjelaskan bahwa kedatangan Nabi Musa.kepada kaumnya untuk mengembalikan
mereka ke jalan yang benar. Ada beberapa nama lain untuk kaum Yahudi,
diantaranya, Banī Israīl, al-‘ibriyyūn/al-’ibrāniyyūn, Qaum Musa(pengikutMusa),
dan Ahl al-Kitāb. 4 Nama-nama inilah yang sering dipakai oleh al-Quran untuk
menyebut mereka. Hal ini dapat dilihat misalnya dalam Al-Qur’an[11].
Pada awalnya orang-orang Yahudi merupakan pengikut Nabi Musa. Mereka merupakan
pengikut yang baik,karena mengikuti ajaran ajaran yang disampaikan oleh Nabi
Musa. Namun, setelah Nabi Musa wafat mereka banyak melakukan tahrīf (mengubah
isi)Taurat dan banyak melakukan pelanggaran pada ajaran-ajaran mereka.
C.Doktrin Bangsa Pilihan Salah satu doktrin yang terdapat dalam agamaYahudi adalah
sebuah keyakinan bahwa mereka merupakan bangsa pilihan (the chosen people).
Pada mulanya doktrin ini memberikan pemahaman yang
baik. Dengan kata lain, bangsa pilihan itu menyatakan bahwa mereka dipilih
Tuhan untuk melaksanakan perintah-perintah Tuhan di muka bumi. Selain itu,
orang-orang Yahudi juga mempunyai tanggung jawab moral yang teramat besar
untukmenyampaikan ajaran-ajaran kebaikan kepada semua manusia. Mereka merupakan
para pendeta dan para pendidik dari kebenaran agama universal. Dalam
perjalanannya, secara politis, doktrin itu dipahami secara keliru sebagai
sebuah doktrin yang eksklusif. Kekeliruan tersebut terletak padasebuah
pemahaman bahwa bangsa Yahudi merupakan bangsa yang dipilih Tuhan untuk
memimpin seluruh umat manusia dan menguasai alam semesta. Tentu saja, seiring
dengan perjalanan waktu, doktrin itu berubah menjadi sebuah legitimasi teologis
dalam sikap dan pandangan orang-orang Yahudi terhadap bangsa-bangsa lain. Tahun
1973, Yakov Malik, Utusan Uni Sovyet untuk PBB berkomentar, “The Zionist have
come forward with the theory of the Chosen People, an absurd ideology. That is
religious racism. Para zionis memunculkan teori bangsa pilihan, sebuah teori
yang tidak masuk akal. Rasisme religius.” Selanjutnya Malik menekankan, “In
deed, the most demaging anti-Semitic document in history, the forgery known as
The Protocols of the Elders of Zion, is based on the idea of international
conspiracy to rule the world by “the Chosen People/Dalam sejarah, dokumen
tentang antisemitik yang paling mengerikan adalah sebuah naskah yang dikenal
dengan The Protocols of the Elders of Zion, yang menyatakan bahwa dunia harus
dikendalikan oleh “Bangsa Pilihan (baca: orang-orang Yahudi)”. Dapat diduga,
melalui legitimasi teologis yang diwariskan dari generasi ke generasi, doktrin
bangsa pilihan itu mereka rasakan sebagai keutamaan dan kelebihan merekaatas
bangsa-bangsa lain. Meskipun secara eksistensial orang-orang Yahudi mengakui
bangsa-bangsa lain, namun pengakuan itu hanya sebatas pada keberadaan mereka,
bukan pada hak-hak dasar yang dimiliki. Dengan Sikap dan Pandangan Orang-orang
Yahudi pemahaman itu, sikap dan pandangan lebih superior dibanding dengan
bangsa-bangsa lain menyebabkan mereka mudah melakukan berbagai tindakan kejam
di luar batas perikemanuasiaan beberapa Karakteristik Orang-Orang Yahudi
Al-Quran banyak merekam karakteristik orang-orang Yahudi ini. Di antara
karakteristik orang-orang Yahudi yang dijelaskan al-Quran terkait dengan aspek
akidah dan relasi sosial. Namun bukan berarti karakteristik orang-orang Yahudi
pada aspek-aspek lain tidak penting. Hal ini hanya merupakan sebuah prioritas,
mengingat aspek akidah dan relasi sosial amat penting diperbincangkan.
2.1 Karakteristik Yahudi dalam Aspek Akidah
Orang-orang Yahudi banyak menyelewengkan ajaran yang
telah mereka dapatkan dari Nabi Musa As. Dalam al-Quran[12],
dijelaskan bahwa orang-orang Yahudi berkata: "’Uzair itu putera
Allah"dan orang-orang Nasrani berkata:
"Al-Masih itu
putera Allah." Demikianlah, itu ucapan mereka dengan lisan mereka
sendiri.
Mereka sebenarnya meniru perkataan orang-orang kafir
yang terdahulu. Dari ayat ini nampak jelas bahwa orang-orang Yahudi telah
menghina Allah, karena telah menyamakan Allah dengan makhluk-Nya. Padahal Allah
SWT tidak beranak dan juga tidak diperanakkan. Al-Quran membantah kekeliruan
orang-orang Yahudi tersebut. Bantahan Allah ini ditegaskan dalam [13]“Dia
tiada beranak dan tiada pula diperanakkan.”Terkait dengan ‘Uzair sebagai putera
Allah, dalam Tafsīral-Marāghī dijelaskan bahwa ia adalah seorang pendeta
(kāhin)Yahudi yang hidup sekitar 457 SM. Menurut kepercayaan orang-orang Yahudi
‘Uzair adalah orang yang telah mengumpulkan kembali wahyu-wahyu Allah di kitab
at Taurat yang sudah hilang sebelum masa Nabi Sulaiman As. Sehingga segala sumber
yang dijadikan rujukan utama adalah yang berasal dari ‘Uzair. Menurut kaum
Yahudi waktu itu Sikap dan Pandangan Orang-orang Yahudi ‘Uzair adalah
satu-satunya sosok yang paling diagungkan, maka sebagian mereka akhirnya
menisbatkan ‘Uzair sebagai anak Allah.
Dari perspektif Islam penyelewengan dalam masalah
akidah merupakan kekeliruan yang amat besar.Sekitar 1/3 dari kandungan al-Quran
menjelaskan tentang akidah/kepercayaan atas semua rukun iman yang harus
diyakini oleh setiap manusia.Besarnya persentasi ayat-ayat keimanan itu
merupakan bukti bahwa aspek keislaman yang satu ini menempati posisi yang amat
signifikan. Dengan demikian amatlah tepat jika al-Quran banyak mengulasnya.
Sementara dalam ayat lain Allah juga menjelaskan bahwa orang-orang Yahudi
selalu mengungkapkan sesuatu yang bersifat peyoratif tentang Allah. Lihat
misalnya pada ayat berikut ini, di dalamnya dijelaskan bahwa orang-orang Yahudi
berkata: "Tangan Allah terbelenggu",sebenarnya tangan merekalah yang
dibelenggu dan merekalah yang dila'nat disebabkan apa yang telah mereka katakan
itu. (Tidak demikian), tetapi kedua-dua tangan Allah terbuka; Dia menafkahkan
sebagaimana Dia kehendaki. Dan al-Quran yang diturunkan kepadamu dari Tuhanmu
sungguh-sungguh akan menambah kedurhakaan dan kekafiran bagi kebanyakan di
antara mereka. Dan Kami telah timbulkan permusuhan dan kebencian di antara
mereka sampai hari kiamat.Setiap mereka menyalakan api peperangan Allah
memadamkannya dan mereka berbuat kerusakan dimuka bumi dan Allah tidak menyukai
orang-orang yang membuat kerusakan.
Ayat ini dengan jelas menguraikan penghinaan
orang-orang Yahudi terhadap keesaan Allah itu. Mereka mengatakan bahwa tangan
(kekuasaan) Allah telah terbelenggu (dari kebaikan).Mereka menganggap Allah
bakhil. Padahal tangan mereka yang sebenarnya terbelenggu dari kebaikan dan
mereka lebih menyukai kebakhilan. Mereka tidak bersyukur kepada Allah atas
segala nikmat yang telah diberikan kepada mereka, tetapi justru mereka selalu
kufur nikmat.
2.2 Karakteristik Yahudi dalam Aspek
Sosial Ada satu topik dalam aspek sosial
Sikap dan Pandangan Orang-orang yang diangkat dalam
ayat berikut: [14]“Di
antara Ahli kitab ada orang yang jika kamu mempercayakan kepadanya harta yang
banyak, dikembalikannya kepadamu; dan di antara mereka ada orang yang jika kamu
mempercayakan kepadanya satu dinar, tidak dikembalikannya kepadamu kecuali jika
kamu selalu menagihnya. Yang demikian itu lantaran mereka mengatakan: ‘tidak
ada dosa bagi kami terhadap orang-orang mu’min. Mereka berkata dusta terhadap
Allah, padahal mereka mengetahui.”Allah telah menjelaskan sikap mereka yang
sulit untuk bisa dipercaya, sebagaimana sifat orang munafik yang suka
berbohong, khianat, dan ingkar janji. Selain itu mereka juga suka meremehkan
kaum lain, seperti sikap Yahudi kepada bangsa Arab, pendapat ini diambil dari
penafsiran yang menjelaskan maksud kata al-ummiyyīn adalah orang-orang arab.
Dari Ayat ini kita bisa mengambil pelajaran yang sangat berarti yaitu untuk
lebih berhati-hati dalam bermuamalah dengan mereka baik yang bersifat politik
atau hubungan sosial lainnya. Tentu saja kehati-hatian itu dimaksudkan agar
kita bisa selamat dari tipu daya mereka. Secara umum manusia memiliki
karakteristik untuk berbuat semena-mena, karena merasa paling hebat dan kuat,
serta sombong. Begitu jugakarakteristik yang dimiliki kaum Yahudi. Mereka suka
membuat kerusakan di muka bumi dengan melakukan perang dan sejenisnya. Jika
kita mengaitkan dan menganalisakembali [15]
pada poin 1 (baca:sebagai diskursus akidah), Allah menjelaskan bahwa
orang-orang Yahudi akan selalu berbuat kerusakan di muka bumi.Dalam ayat ini
digunakan fi’il muḍari’pada kata yas’auna,dalam ilmu balaghah penggunaan
kalimat yang berbentuk muḍari’ memiliki arti istimrār
(terus-menerus/berkelanjutan). Orang-orang Yahudi termasuk golongan yang suka
membangkang perintah Allah. Apalagi terhadap ajakan kebaikan dari Sikap dan
Pandangan Orang-orang Yahudi sesama manusia, pasti mereka lebih berani untuk
menolak. Sekarang kita bisa melihat dengan mata kepala kita sendiri atas sikap
mereka yang sudah tidak manusiawi. Dengan berdalih membela diri, tanpa merasa
berdosa mereka telah membunuh lebih dari 1300 orang dan telah melukai lebih
dari 3000 warga sipil Palestina yang tak berdosa. Resolusi PBB untuk gencatan
senjata telah mereka abaikan, demonstrasi dari jutaan manusia di seluruh
penjuru dunia juga tidak didengarkan. Sungguh hati dan mata serta telinga
mereka telah terkunci oleh kekufuran, sehingga mereka tak pernah menerima
kebenaran walau mereka sebenarnya tahu jika mereka bersalah. Di sini semakin
jelas terkuak salah satu sifat mereka yang ambigu. Mereka kerapkalimelakukan
kerusakan dimuka bumi, tetapi mereka tidak mengakui aktivitas mereka itu dan
selalu berdalih bahwa yang dilakukannya tetap berada pada koridor kebaikan.
DAFTAR ISI
portalgaruda.org/article.php.oleh S Saidurrahman - 2014
www.janboersema.com
Drs. Syafi’n Manshuur, MA DASAR-DASAR BERAGAMA DALAM ISLAM. (Telaah Atas Dalil Al-Qur;an)Serang: FUDPress,
2011
[1] Drs.
Syafi’n Manshuur, MA DASAR-DASAR BERAGAMA DALAM ISLAM. HAL 203 (Telaah Atas
Dalil Al-Qur;an)
Serang: FUDPress, 2011
[2] QS. Al-maidah ayat 14
[3] Drs.
Syafi’n Manshuur, MA DASAR-DASAR BERAGAMA DALAM ISLAM. HAL 203 (Telaah Atas
Dalil Al-Qur;an)
Serang: FUDPress, 2011
[4]
www.janboersema.com
[5]
kitab Perjanjian Lama, mis. Ul 32:35 dalam Roma 12:19. 2 Kor.8:15, 9:9
mengutip Kel. 16:18 dan Mazm 112:9 tentang hal memberi. 1 Kor. 10 menyebut
sejarah Israel di padang gurun sebagai pengajaran bagi kita
[6] Luk. 10:26, Mat. 22:29,
Yoh. 10:35
[7] kutuk atas Ham (Kej.
9:29) menjadi dasar untuk mempertahankan perbudakan orang negro
[8] Yoh. 9:4a sebagai dasar
untuk bekerja seminimal 9 jam sehari, atau enam hari seminggu (Kel. 20:9)
[9] Alkitab adalah Firman
Tuhan yang oleh pekerjaan Roh Kudus merupakan pedang yang bermata dua (Ibr. 4
:12)
[10] QS.al-A‘raf [7]: 156
[11] QS.al-Baqarah [2]: 43,
67, 83, 120; alMā’idah [5]: 51;Ali-‘Imran [3]: 64;al‘rāf [7]: 156
[12] QS.at-Taubah [9]: 30
[13] QS.al-Ikhlas [112]: 3
[15]
QS.al-Mā’idah [5]: 64
Komentar
Posting Komentar