Langsung ke konten utama

Kepribadian

KEPRIBADIAN

Kemampuan untuk berinteraksi anatara individu secara efektif dan berkomunikasi dengan baik juga akan membuat seseorang menonjol diantara yang lain.

Menurut Pendapat dari tokoh Crisholm bahwa “Usaha untuk membantu individu agar memahami dirinya sendiri, yaitu minat-minatnya, kemampuan-kemampuannya,hasrat-hasrtanya dan rencana-rencananya dalam menghadapi masa depa”

Sedangkan menurut G.W Allpont pengertian kepribadian adalah “Kepribadian adalah suatu organisme yang dinamis dalam diri individuang sistem psikofisiknya menentukan karakteristik, tingkah laku serta berpikir seseorang”

Gordon W. Allpont Mengutarakan criteria umum untuk menetapkan kematangan kepribadian yaitu :
Perluasan diri (extension of the self)
Kemampuan untuk melihat diri sendiri secara objektif (self-objectification)
Memiliki filsafat hidup

Sedangkan A. Moslow berpendapat bahwa setiap individu mempunai potensi-potensi. Sehingga dapat menampilkan kemampuan-kemampuan yangn unggul dalam berbagai bidang ( self actualizers) individu yang demikian ditandai oleh :
1. Orientasi ang relaistik (realistic orientation), individu mampu mempresentasikan realitas secara efisien.
2. Menerima diri, orang lain dan dunia (acceptance of self, other and the world).
3. Spontanitas
4. Berorientasi pada masalah, bukan pada diri pribadi (problem centerness, not self-centeradness)
5. Pemencilan (detachment)
6. Otonomi dan mandiri (autonomy and independence)
7. Menghargai oranglain dan benda-benda lain (appreciation) responnya luwe, tidak kaku dan stereotipi
8. Terbuka terhadap pengalaman-pengalaman baru (spontaneity of experience)
9. Memiliki perasaan dsasar untuk memberi perhatian kemanusiaan (identification with man-kind)
10. hubungan antar pribadiang mendalam ( deepness interpersonal relationship)
Carl Rogers mengemukakan 3 karakteristik tentang pribadi yang telah berfungsi penuh (full functioning person )
Terbuka terhadap pengalaman baru
Selalu dalam proses “menjadi” ( Becoming )
Kepercaaan kepada diri sendiri.

Ada 3 faktor yang menentukan dalam perkembangan kepribadian :
1. Faktor bawaan
Unsur ini terdiri dari bawaan genetic ang menetukan diri fisik primer (warna, mata, kulit) selain itu juga kecenderungan-kecenderungan dasar misalnya kepekaan, penesuaian diri.
2. Faktor lingkungan
Faktor lingkungan seperti sekolah, atau lingkungan sosial/ budaya seperti teman, guru dll. Dapat mempengaruhi terbentuknya kepribadian.
3. Interaksi bawaan serta lingkungan
Interaksi ang terus menerus antara bawaan serta lingkungan menyebabkan timbulnya perasaan AKU/DIRIKU daslam diri seseorang.

Urutan Hirarki Kebutuhan :
- Kebutuhan dasar (biologis), seperti : sandang, pangan, jasmani, dan badaniah.
- Kebutuhan akan rasa aman
- Kebutuhan akan kasih saying
- Kebutuhan akan harga diri
- Kebutuhan untuk mengaktualisasikan diri .

Tanggung Jawab Pribadi
Anda mempunyai tanggung jawab pribadi jika anda percaya bahwa hasil perbuatan anda ini ditentukan oleh faktor-faktor di dalam diri anda sendiri.


Ciri-ciri orang yang mempunyai rasa tanggung jawab pribadi yang tinggi:
1. Mengerjakan Pekerjaan yang diberikan kepadanya secara tuntas
2.Selalu berusaha untuk menghasilkan yang terbaik
3. Merasa bertanggung jawab atas semua yang dihasilkan, baik yang buruk atau yang baik
4. Sering menyalahkan diri sendiri, kalau ada hal-hal yang salah.
Definisi kepribadian menurut psikologi[sunting | sunting sumber]
Berdasarkan psikologi, Gordon Allport menyatakan bahwa kepribadian sebagai suatu organisasi (berbagai aspek psikis dan fisik) yang merupakan suatu struktur dan sekaligus proses. Jadi, kepribadian merupakan sesuatu yang dapat berubah. Secara eksplisit Allport menyebutkan, kepribadian secara teratur tumbuh dan mengalami perubahan.

Ekstraversi dan Introversi[sunting | sunting sumber]

Personality Continuum Scale. Menurut dokter psikologi dari Swiss, Carl Jung, terdapat 3 jenis kepribadian umum pada manusia, yaitu Introvert (Introversion), Ambievert (Ambiversion) dan Extrovert (Extraversion).[2]

Diagram Eysenck. Diagram Kepribadian Eysenck yang merupakan pengembangan dari teori Hippocrates.[3]
Di dalam psikologi, terdapat pengelompokkan kepribadian manusia bedasarkan bagaimana manusia memperoleh gairahnya.[4] Pengelompokkan ini pertama kali dicetuskan oleh Carl Jung (1920), dalam bukunya berjudul Psychologische Typen.[4] Secara umum, pribadi yang ekstrover mendapatkan gairah (atau energi) dari interaksi sosial.[4] Ekstrover biasanya memiliki kepribadian yang terbuka dan senang bergaul, serta memiliki kepedulian yang tinggi terhadap apa yang terjadi di sekitar mereka.[4] Sementara introver, di sisi lain, dianggap mendapatkan gairah lewat menyendiri.[4] Introver, biasanya cenderung pendiam, suka merenung, dan lebih perduli tentang pemikiran mereka dalam dunia mereka sendiri.[4] Di antarakecenderungan ekstrem introversi dan ekstroversi, terdapat ambiversi yang merupakan kepribadian penengah antara ekstrover dan introver.[4] Meskipun terdapat perbedaan yang kontras antara introver dan ekstrover, Carl Jung menganggap bahwa jarang terdapat manusia yang sepenuhnya ekstrover atau introver.[4]

Struktur Kepribadian[sunting | sunting sumber]
Eysenck berpendapat bahwa kebanyakan ahli-ahli teori kepribadian terlalu banyak mengemukakan variabel-variabel kompleks dan tidak jelas. Pendapat ini dikombinasikan dengan anlisisnya, yaitu dengan analisis faktor yang telah menghasilkan sistem kepribadian yang ditandai oleh adanya sejumlah kecil dimensi-dimensi pokok yang didefinisikan dengan teliti dan jelas.

Kepribadian sebagai organisasi tingkah laku dipandang Eysenck memiliki empat tingkatan hirarki, berturut-turut dari hirarki yang tinggi ke hirarki yang rendah :

Hirarki tertinggi : Tipe/Supertraits, kumpulan dari trait, yang mewadahi kombinasi trait dalam suatu dimensi yang luas.
Hirarki kedua : Trait, kumpulan kecenderungan kegiatan, koleksi respon yang saling berkaitan atau mempunyai persamaan tertentu. Ini adalah disposisi kepribadian yang penting dan permanen.
Hirarki ketiga : Kebiasaan tingkah laku atau berpikir, kumpulan respon spesifik, tingkahlaku/pikiran yang muncul kembali untuk merespon kejadian yang mirip.
Hirarki terendah : Respon spesifik, tingkahlaku yang secara aktual dapat diamati, yang berfungsi sebagai respon terhadap suatu kejadian.
Jika dilihat dari hubungnnya dengan hirarki di atas, maka dapat disebutkan bahwa antar bagian dari hirarki kepribadian tersebut terjadi interaksi dan saling berpengaruh antar satu dengan yang lainnya. Sebagai contoh adalah adanya interaksi antara bagian kepribadian yang disebut sebagai specific response dan habitual response. Dimana yang disebut sebagai specific response yakni perilaku atau pikiran individual yang bisa mencirikan sebuah pribadi atau tidak, misal seorang siswa yang menyelesaikan tugas membaca. Sedangkan habitual response dapat dimaknai sebagai respon yang terus berlangsung di bawah kondisi yang sama, misal jika seorang siswa seringkali berusaha sampai suatu tugas selesai dikerjakannya. Habitual response ini dapat berubah-ubah ataupun dapat menetap.

Setelah mengetahui penjelasan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa untuk membuat perilaku tertentu atau specific response menjadi sebuah kebiasaan atau habitual response maka perlu adanya pengulangan perilaku tertentu tersebut hingga beberapa kali. Sedangkan jika individu tersebut tidak menginginkan perilaku tertentu itu menjadi sebuah habitual response atau sebuah kebiasaan, maka tidak diperlukan pengulangan perilaku hingga berkali-kali. Dan hubungan serta interaksi juga berlaku pada bagian kepribadian Eysenck yang lain, seperti tipe dan trait.

Ciri-ciri kepribadian[sunting | sunting sumber]
Para ahli tampaknya masih sangat beragam dalam memberikan rumusan tentang kepribadian. Dalam suatu penelitian kepustakaan yang dilakukan oleh Gordon W. Allport (Calvin S. Hall dan Gardner Lindzey, 2005) menemukan hampir 50 definisi tentang kepribadian yang berbeda-beda. Berangkat dari studi yang dilakukannya, akhirnya dia menemukan satu rumusan tentang kepribadian yang dianggap lebih lengkap. Menurut pendapat dia bahwa kepribadian adalah organisasi dinamis dalam diri individu sebagai sistem psiko-fisik yang menentukan caranya yang unik dalam menyesuaikan diri terhadap lingkungannya. Kata kunci dari pengertian kepribadian adalah penyesuaian diri. Scheneider (1964) mengartikan penyesuaian diri sebagai “suatu proses respons individu baik yang bersifat behavioral maupun mental dalam upaya mengatasi kebutuhan-kebutuhan dari dalam diri, ketegangan emosional, frustrasi dan konflik, serta memelihara keseimbangan antara pemenuhan kebutuhan tersebut dengan tuntutan (norma) lingkungan.

Sedangkan yang dimaksud dengan unik bahwa kualitas perilaku itu khas sehingga dapat dibedakan antara individu satu dengan individu lainnya. Keunikannya itu didukung oleh keadaan struktur psiko-fisiknya, misalnya konstitusi dan kondisi fisik, tampang, hormon, segi kognitif dan afektifnya yang saling berhubungan dan berpengaruh, sehingga menentukan kualitas tindakan atau perilaku individu yang bersangkutan dalam berinteraksi dengan lingkungannya.

Untuk menjelaskan tentang kepribadian individu, terdapat beberapa teori kepribadian yang sudah banyak dikenal, diantaranya : teori Psikoanalisa dari Sigmund Freud, teori Analitik dari Carl Gustav Jung, teori Sosial Psikologis dari Adler, Fromm, Horney dan Sullivan, teori Personologi dari Murray, teori Medan dari Kurt Lewin, teori Psikologi Individual dari Allport, teori Stimulus-Respons dari Throndike, Hull, Watson, teori The Self dari Carl Rogers dan sebagainya. Sementara itu, Abin Syamsuddin (2003) mengemukakan tentang aspek-aspek kepribadian, yang di dalamnya mencakup :

Karakter yaitu konsekuen tidaknya dalam mematuhi etika perilaku, konsiten tidaknya dalam memegang pendirian atau pendapat.
Temperamen yaitu disposisi reaktif seorang, atau cepat lambatnya mereaksi terhadap rangsangan-rangsangan yang datang dari lingkungan.
Sikap; sambutan terhadap objek yang bersifat positif, negatif atau ambivalen.
Stabilitas emosi yaitu kadar kestabilan reaksi emosional terhadap rangsangan dari lingkungan. Seperti mudah tidaknya tersinggung, marah, sedih, atau putus asa
Responsibilitas (tanggung jawab) adalah kesiapan untuk menerima risiko dari tindakan atau perbuatan yang dilakukan. Seperti mau menerima risiko secara wajar, cuci tangan, atau melarikan diri dari risiko yang dihadapi.
Sosiabilitas yaitu disposisi pribadi yang berkaitan dengan hubungan interpersonal. Seperti : sifat pribadi yang terbuka atau tertutup dan kemampuan berkomunikasi dengan orang lain.
Setiap individu memiliki ciri-ciri kepribadian tersendiri, mulai dari yang menunjukkan kepribadian yang sehat atau justru yang tidak sehat. Dalam hal ini, Elizabeth (Syamsu Yusuf, 2003) mengemukakan ciri-ciri kepribadian yang sehat dan tidak sehat, sebagai berikut :

Kepribadian yang sehat[sunting | sunting sumber]
Mampu menilai diri sendiri secara realisitik; mampu menilai diri apa adanya tentang kelebihan dan kekurangannya, secara fisik, pengetahuan, keterampilan dan sebagainya.
Mampu menilai situasi secara realistik; dapat menghadapi situasi atau kondisi kehidupan yang dialaminya secara realistik dan mau menerima secara wajar, tidak mengharapkan kondisi kehidupan itu sebagai sesuatu yang sempurna.
Mampu menilai prestasi yang diperoleh secara realistik; dapat menilai keberhasilan yang diperolehnya dan meraksinya secara rasional, tidak menjadi sombong, angkuh atau mengalami superiority complex, apabila memperoleh prestasi yang tinggi atau kesuksesan hidup. Jika mengalami kegagalan, dia tidak mereaksinya dengan frustrasi, tetapi dengan sikap optimistik.
Menerima tanggung jawab; dia mempunyai keyakinan terhadap kemampuannya untuk mengatasi masalah-masalah kehidupan yang dihadapinya.
Kemandirian; memiliki sifat mandiri dalam cara berfikir, dan bertindak, mampu mengambil keputusan, mengarahkan dan mengembangkan diri serta menyesuaikan diri dengan norma yang berlaku di lingkungannya.
Dapat mengontrol emosi; merasa nyaman dengan emosinya, dapat menghadapi situasi frustrasi, depresi, atau stress secara positif atau konstruktif , tidak destruktif (merusak)
Berorientasi tujuan; dapat merumuskan tujuan-tujuan dalam setiap aktivitas dan kehidupannya berdasarkan pertimbangan secara matang (rasional), tidak atas dasar paksaan dari luar, dan berupaya mencapai tujuan dengan cara mengembangkan kepribadian (wawasan), pengetahuan dan keterampilan.
Berorientasi keluar (ekstrovert); bersifat respek, empati terhadap orang lain, memiliki kepedulian terhadap situasi atau masalah-masalah lingkungannya dan bersifat fleksibel dalam berfikir, menghargai dan menilai orang lain seperti dirinya, merasa nyaman dan terbuka terhadap orang lain, tidak membiarkan dirinya dimanfaatkan untuk menjadi korban orang lain dan mengorbankan orang lain, karena kekecewaan dirinya.
Penerimaan sosial; mau berpartsipasi aktif dalam kegiatan sosial dan memiliki sikap bersahabat dalam berhubungan dengan orang lain.
Memiliki filsafat hidup; mengarahkan hidupnya berdasarkan filsafat hidup yang berakar dari keyakinan agama yang dianutnya.
Berbahagia; situasi kehidupannya diwarnai kebahagiaan, yang didukung oleh faktor-faktor achievement (prestasi), acceptance (penerimaan), dan affection (kasih sayang).
Kepribadian yang tidak sehat[sunting | sunting sumber]
Mudah marah (tersinggung)
Menunjukkan kekhawatiran dan kecemasan
Sering merasa tertekan (stress atau depresi)
Bersikap kejam atau senang mengganggu orang lain yang usianya lebih muda atau terhadap binatang
Ketidakmampuan untuk menghindar dari perilaku menyimpang meskipun sudah diperingati atau dihukum
Kebiasaan berbohong
Hiperaktif
Bersikap memusuhi semua bentuk otoritas
Senang mengkritik/mencemooh orang lain
Sulit tidur
Kurang memiliki rasa tanggung jawab
Sering mengalami pusing kepala (meskipun penyebabnya bukan faktor yang bersifat organis)
Kurang memiliki kesadaran untuk mentaati ajaran agama
Pesimis dalam menghadapi kehidupan
Kurang bergairah (bermuram durja) dalam menjalani kehidupan
Langkah-langkah menjadi pribadi yang menyenangkan
Kepribadian manusia selalu menjadi tema yang menarik untuk dicari tahu, apalagi kepribadian kita sendiri. Rasa ingin tahu tersebutlah yang lantas membuat banyak orang pergi ke psikolog untuk menjalani tes-tes kepribadian. Semua ini dilakukan demi mengetahui “seperti apa sesungguhnya diri kita ini?”
1.        Jadilah Pemberi yang Tulus
Pribadi yang menyenangkan adalah pribadi yang menjadi pemberi yang tulus, memberikan apapun yang terbaik, bermanfaat, membawa inspirasi untuk hidup yang lebih baik bagi orang lain. Kita jangan pernah pelit, jangan menghitung untung-rugi, jangan terbiasa menggantungkan hidup dari pemberian orang lain. Memberikan yang terbaik untuk orang lain, terutama yang benar-benar membutuhkan kita.
1. Memiliki Kemauan yang Kuat
Orang yang tidak memiliki kemauan kuat tidak akan pernah sukses. Ini akan bertambah buruk ketika kita mengandalkan pemikiran orang lain. Bila kita selalu bergantung pada orang lain, berarti kita selamanya menjadi ”bawahan”; orang yang hanya menjadi pelaksana kerja tanpa pernah menjadi pemimpin bagi diri sendiri dan orang lain. Jadilah pribadi yang berkemauan kuat untuk merasakan keberhasilan dan kebahagiaan. Percaya diri, jangan mudah menyerah, perbesar motivasi untuk sukses adalah kunci atau kiat untuk mencapai keberhasilan.

1.        Jadilah Diri Sendiri
Gampang-gampang susah menjadi diri sendiri, yang memiliki kelebihan dan keunikan di banding orang lain. Namun faktanya kita bisa menjadi diri kita sendiri; kita bisa memiliki kelebihan di bidang yang kita geluti, dan memancarkan keunikan karena kita berbeda dari orang lain. Syukuri apa pun keadaan kita saat ini, yakinlah pada apa yang kita perbuat; selama perbuatan kita baik dan memancarkan kasih pada sesama. Dan, miliki standar penilaian untuk diri sendiri; orang yang tepat menilai diri kita adalah kita sendiri. Orang lain memang dapat menilai kita, namun ketepatannya tidaklah sama bila kita menilai diri kita sendiri.
2.        Memiliki Etika
Pergaulan yang sehat mudah diciptakan bila setiap pribadi memiliki etika yang tinggi. Sebaliknya pribadi yang amburadul, tidak menghargai aturan bersama, akan merusak citra diri dan kelompok, termasuk dilingkungan kita berada atau bekerja. Menghargai orang lain seperti kita menghargai diri kita sendiri akan mempermudah kita menyesuaikan diri dengan orang lain. Menghargai sistem yang berlaku dilingkungan pergaulan, dan mempelajari seluk-beluk etika yang melingkupi kita. Dengan perilaku seperti ini, kita akan mudah memiliki etika yang diterima lingkungan, baik lingkungan kerja maupun keluarga.
3.        Pribadi yang Sederhana
Kesederhanaan hati dalam berperilaku mencerminkan ”kerendahan jiwa” yang memesona bagi diri sendiri dan orang lain. Sebaliknya, kesombongan dan sikap selalu meninggikan diri lebih sering merusak interaksi dengan sesama. Sebuah kesuksesan sering kali bermula dari kesederhanaan sikap dan langkah. Oleh karena itu, apabila kita ingin menciptakan keberhasilan yang tidak melukai orang lain, milikilah jiwa yang sederhana. Kita tidak akan pernah merasa”lebih tinggi dan lebih hebat” dari orang lain apabila kita selalu merendah, mengedepankan kesederhanaan yang mengagumkan.
4.        Selalu tahu Berterima Kasih
Suatu kesuksesan dalam hidup ini tidak pernah datang sendirian. Kesuksesan sering kali menghampiri kita bersama ”jasa orang lain”. Dengan kata lain, kita tidak akan bisa meraih kesuksesan sendirian; ada andil orang lain. Oleh karena itu, bangunlah pribadi yang ”tahu berterima kasih” agar kita menyenangkan mereka yang turut memberi peran dalam kesuksesan kita.
5.        Lancarlah Berkomunikasi
Mengabaikan komunikasi sama halnya dengan mengabaikan keberhasilan. Oleh karena itu, secepatnyalah membangun pribadi yang lancar berkomunikasi agar keberhasilan tidak lewat begitu saja dihadapan kita. Dengan lancar berkomunikasi, kita kita akan mudah memandu diri sendiri dan orang lain yang berada di lingkup kesuksesan kita untuk bersama-sama memahami kesulitan atau tantangan yang harus dipecahkan, tanpa perlu terjadi salah paham dalam suatu beban tugas.
6.        Kendalikan Diri
Untuk membangun diri dengan baik kita harus mengendalikan diri sendiri dalam segala hal. Pengendalian diri yang baik juga akan memandu kita dalam menentukan bidang keberhasilan yang kita inginkan. Suasana apapun yang sedang melingkupi kita saat ini, buatlah suasana itu menyenangkan bagi diri sendiri. Apabila kita sedang mengalami duka yang mendalam, anggaplah hal itu sebagai ”pemanis hidup”. Jangan beranggapan bahwa kita akan selamanya mengalami situasi pahit itu. Sebaliknya, bila kita sedang bersukacita, jangan terbawa emosi untuk merayakan secara berlebihan. Kita harus dapat menendalikan diri untuk secara wajar menikmati kebahagian yang kita rasakan. Penendalian diri itulah kuncinya. Dalam situasi apa pun, kendalikanlah diri kita.
7.        Jujurlah pada Diri Sendiri
Meski kadang menyakitkan, kejujuran tetap harus kita utamakan. Jangan biarkan diri kita rusak hanya karena ketidakjujuran, kelicikan, suka berkelit, atau karena perbuatan-perbuatan tidak kesatria lainya. Kita harus berdiri di atas kejujuran dalam setiap hal yang berkaitan dengan impian menuju keberhasilan. Ada beberapa cara yang dapat kita lakukan untuk menanamkam rasa jujur dalam diri kita sendiri; biasakan berbuat sesuatu sesuai dengan ucapan anda, jangan ”menyembunyikan diri” dibalik kelemahan, akuilah kelemahan yang ada pada diri kita, dan yang terakhir, ingatlah bahwa orang lain sakit hati ketika kita bohongi.
8.        Bersikaplah Percaya Diri
Apa yang dapat kita lakukan tanpa kepercayaan diri? Mungkin kita hanya terombang-ambing dalam sebuah keadaan tanpa bisa berbuat apa-apa. Mungkin kia hanya menggantungkan nasib tanpa memiliki keputusan terbaik demi diri sendiri. Lebih berbahaya lagi, seluruh hidup kita ketergantungan pada orang lain yang lebih memiliki kepercayaan diri. Jadi sangatlah pantas bila kita melihat dan mengukur seberapa besar kepercayaan diri yang kita miliki? Apabila kita belum memiliki kepercayaan diri, galilah dengan cerdas dari dasar hati dan pikiran. Sebaliknya, apabila kita telah memilikinya, gunakan untuk meraih impian dan kesuksesan dalam diri kita. Rasa percaya diri bisa membuat kita mudah untuk menentukan sikap, mampu untuk mengatasi kesulitan hidup, dan rasa percaya diri menuntun kita menuju apa yang kita impikan.
9.        Bersikaplah Cepat Tanggap
Mungkin tidak ada tempat untuk orang yang berjalan lamban di jalur kesuksesan. Tidakan yang lamban selain membuang waktu, juga terasa membosankan apabila kita tipe pribadi yang ingin cepat dan cerdas dalam menyelesaikan suatu pekerjaan. Mungkin juga kita merasa gerah bila melihat orang-orang di sekitar yang menyia-nyiakan waktu dan tenaga hanya karena mereka kurang cekatan dalam menyelesaikan pekerjaan atau tugas-tugas. Orang yang cepat tanggap tidak akan meremehkan waktu dan kesempatan yang datang menghampirinya. Sebaliknya, apa pun tantangan atau kesempatan yang menghampiri, dengan tanggap dan cekatan akan diambilnya; hasilya pun cepat mereka nikmati. Ada beberapa kiat yang bisa dilakukan untuk menjadi pribadi yang cepat tanggap;
a.       Jangan terbiasa membuang waktu dengan percuma. Kebiasaan menghabiskan waktu tanpa tindakan yang bermakna hanya akan merugikan diri sendiri.
b.      Kembangkan Imajinasi. Semakin kaya imajinasi, semakit cepat kita menanggapi setiap hal yang menghampiri.
c.       Mulailah sekarang, karena hari esok belum tentu berpihak pada kita. Apabila kita beranggapan bahwa inilah saatnya untuk memulai, maka mulailah segera, jangan ditunda-tunda.
10.    Buat daftar perilaku anda yang terdiri dari kebaikan dan keburukan.
Kemudian coba bandingkan mana yang lebih banyak kebaikan atau keburukan. Lalu pikirkan apa yang mendorong anda bersikap baik dan apa yang mendorong anda berperilaku buruk. Berjanjilah pada diri sendiri untuk merubah hal-hal buruk pada diri anda. Setiap saat anda berhasil merubahnya, berjanjilah untuk tidak kembali menjadi buruk. Dengan demikian, perlahan-lahan sikap dan sifat buruk anda akan hilang sama sekali.
11.    Jagalah ‘ucapan’ anda
Pepatah mengatakan ‘lidah lebih tajam daripada pedang’. Memang kadang kata-kata dan ucapan yang ‘pedas’ terasa lebih menyakitkan daripada perbuatan buruk sekalipun. Kalau selama ini anda dikenal sebagai orang yang ‘nyinyir’ dan ketus cobalah untuk merubahnya perlahan-lahan. Tahan keinginan anda untuk melontarkan komentar buruk, celaan, dan sindiran terhadap orang lain yang tidak anda sukai, sekalipun anda sangat ingin.
12.    Dengarkan orang lain
Salah satu hal yang membuat anda disukai banyak orang adalah anda bisa menjadi pendengar yang baik. Coba anda cermati setiap kali anda berinteraksi. Apakah anda terlalu mendominasi percakapan jika berbincang dengan orang lain?. Jika ‘ya’ cobalah untuk belajar mendengar. Jangan terlalu sibuk memuji diri sendiri. Berikan respon yang positif atas percakapannya dengan anda.
13.    Jangan menunjukkan sikap tidak setuju pada orang lain secara frontal, sekalipun memang anda tidak setuju.
Pada moment tertentu seperti rapat kantor atau diskusi, anda memang boleh mengungkapkan kebenaran dengan menyanggah pendapat orang lain yang anda anggap salah. Tetapi pada obrolan santai seperti saat makan siang, anda tidak perlu terlalu menunjukkan sikap tidak setuju pada pendapat teman anda. Anggukkan kepala setiap kali teman anda berbicara.
14.    Jangan biarkan orang lain merasa tidak nyaman dengan kehadiran anda.
Selama ini anda yang tergolong pemarah, sensitif, sering mengeluh, dan jarang tersenyum membuat orang lain merasa enggan berada di dekat anda. Orang lain merasa tidak nyaman, karena khawatir sewaktu-waktu anda akan melibatkan dia dalam emosi anda. Coba kendalikan emosi dengan lebih memahami kehadiran orang-orang di sekeliling anda. Belajarlah untuk berpikir positif dan tersenyumlah pada orang-orang yang menyapa anda. Ciptakan suatu sikap yang membuat orang lain merasa ‘nyaman’ dengan kehadiran anda.



Komentar

Postingan populer dari blog ini

Sastra Abbasiyah

SASTRA ABBASIYAH 1 DAN 2 SERTA KARAKTERISTIKNYA Pada masa Abbasiyah geliat intelektual dan perkembangan peradaban Islam mencapai puncaknya termasuk kajian tentang sastra pada masa ini juga mengalami perkembangan. Bahasa pada masa ini mengalami kemundurn karena asimilasi bangsa Arab dengan ajam yang berpengaruh terhadap kualitas kebahasaan serta sering terjadi kesalahan bahasa. Perluasan wilayah kajian sastra yang tidak hanya pada wilayah syair tetapi juga prosa sehingga memunculkan karya-karya novel, buku-buku sastra, riwayat dan hikayat, serta munculnya genre baru النثرالتجديدي . Kata Kunci : Sastra Abbasiyah, Puisi Abbasiyah 1 dan 2   I.             PENDAHULUAN Al-Iskandary menyatakan bahwa kesusastraan bahasa setiap umat adalah segala prosa dan puisi yang dihasilkan oleh pikiran putra bangsa yang menggambarkan watak dan kebiasaan, daya khayal serta batas kemampuan mereka dalam menggunakan bahasa yang bertujuan men...

Ingkar Janji Menurut Islam dan Kuhperdeta

INGKAR JANJI MENURUT ISLAM DAN KUHPerdata I. PERJANJIAN MENURUT HUKUM ISLAM Indonesia seakan penuh dengan masalah. Negara dengan mayoritas penduduk beragama Islam, diserang oleh wabah kepalsuan. Dari uang palsu, beras palsu, dokter palsu, sampai pada ijazah palsu, banyak ditemukan. Salah satu yang sedang hangat dibicarakan saat ini adalah janji palsu politisi. Hangatnya pembicaraan janji palsu bukan karena banyaknya janji pemimpin yang tidak ditepati. Namun topik tersebut menjadi hangat ketika Majelis Ulama Indonesia (MUI) menyepakati bahwa haram (berdosa) hukumnya jika janji kampanye tidak dilaksanakan saat politisi terpilih dan berkuasa. Tentu saja fatwa tersebut membuat politi kebakaran jenggot. Pasalnya hampir semua politisi mengumbar janji pada saat kampanye. Baik pada pemilu legislatif, pemilu presiden, maupun pemilu kepala daerah. Namun setelah terpilih janji tersebut tidak ditepati. Masyarakat akhirnya kecewa karena merasa telah ditipu oleh politisi yang dipilihnya. F...

Teori Super

Teori Perkembangan Karir Anak (Teori Super) BAB I PENDAHULUAN A.     Latar Belakang Menurut Donald E. Super (Dewa. K.S, 1987:65) bahwa kematangan bekerja dan konsep diri ( selft-concept ) merupakan dua proses perkembangan yang berhubungan. Maksudnya adalah bahwa tingkat kematagan bekerja itu saling berhubungan. Apabila konsep diri seseorang itu baik, maka kematangan kerjanya pun juga baik. Dalam perkembangan anak-anak ada pula pekerjaan yang disesuaikan dengan umur dan tingkat dengan kematangan emosinya. Yang mana dalam teori super terdapat 6 fase perkembangan karir pada manusia. Salah satunya adalah fase Growth .   Dalam fase ini dijelaskan bahwa terhitung sejak anak lahir sampai lebih kurang umur 15 tahun. Pada fase ini anak sedang mengembangkan berbagai poten, pandangan khas, sikap, minat dan kebutuhan-kebutuhan yang dipadukan dalam struktrur gambaran diri. Jadi untuk lebih mengetahui lebih lanjut tentang perkembangan karir pada anak-anak maka kami...