KEPRIBADIAN
Kemampuan untuk berinteraksi
anatara individu secara efektif dan berkomunikasi dengan baik juga akan membuat
seseorang menonjol diantara yang lain.
Menurut Pendapat dari tokoh
Crisholm bahwa “Usaha untuk membantu individu agar memahami dirinya sendiri, yaitu
minat-minatnya, kemampuan-kemampuannya,hasrat-hasrtanya dan rencana-rencananya
dalam menghadapi masa depa”
Sedangkan menurut G.W Allpont
pengertian kepribadian adalah “Kepribadian adalah suatu organisme yang dinamis
dalam diri individuang sistem psikofisiknya menentukan karakteristik, tingkah
laku serta berpikir seseorang”
Gordon W. Allpont Mengutarakan
criteria umum untuk menetapkan kematangan kepribadian yaitu :
Perluasan diri (extension of
the self)
Kemampuan untuk melihat diri
sendiri secara objektif (self-objectification)
Memiliki filsafat hidup
Sedangkan A. Moslow
berpendapat bahwa setiap individu mempunai potensi-potensi. Sehingga dapat
menampilkan kemampuan-kemampuan yangn unggul dalam berbagai bidang ( self
actualizers) individu yang demikian ditandai oleh :
1. Orientasi ang relaistik
(realistic orientation), individu mampu mempresentasikan realitas secara
efisien.
2. Menerima diri, orang lain
dan dunia (acceptance of self, other and the world).
3. Spontanitas
4. Berorientasi pada masalah,
bukan pada diri pribadi (problem centerness, not self-centeradness)
5. Pemencilan (detachment)
6. Otonomi dan mandiri
(autonomy and independence)
7. Menghargai oranglain dan
benda-benda lain (appreciation) responnya luwe, tidak kaku dan stereotipi
8. Terbuka terhadap
pengalaman-pengalaman baru (spontaneity of experience)
9. Memiliki perasaan dsasar
untuk memberi perhatian kemanusiaan (identification with man-kind)
10. hubungan antar pribadiang
mendalam ( deepness interpersonal relationship)
Carl Rogers mengemukakan 3
karakteristik tentang pribadi yang telah berfungsi penuh (full functioning
person )
Terbuka terhadap pengalaman
baru
Selalu dalam proses “menjadi”
( Becoming )
Kepercaaan kepada diri
sendiri.
Ada 3 faktor yang menentukan
dalam perkembangan kepribadian :
1. Faktor bawaan
Unsur ini terdiri dari bawaan
genetic ang menetukan diri fisik primer (warna, mata, kulit) selain itu juga
kecenderungan-kecenderungan dasar misalnya kepekaan, penesuaian diri.
2. Faktor lingkungan
Faktor lingkungan seperti
sekolah, atau lingkungan sosial/ budaya seperti teman, guru dll. Dapat
mempengaruhi terbentuknya kepribadian.
3. Interaksi bawaan serta
lingkungan
Interaksi ang terus menerus
antara bawaan serta lingkungan menyebabkan timbulnya perasaan AKU/DIRIKU daslam
diri seseorang.
Urutan Hirarki Kebutuhan :
- Kebutuhan dasar (biologis),
seperti : sandang, pangan, jasmani, dan badaniah.
- Kebutuhan akan rasa aman
- Kebutuhan akan kasih saying
- Kebutuhan akan harga diri
- Kebutuhan untuk
mengaktualisasikan diri .
Tanggung Jawab Pribadi
Anda mempunyai tanggung jawab
pribadi jika anda percaya bahwa hasil perbuatan anda ini ditentukan oleh
faktor-faktor di dalam diri anda sendiri.
Ciri-ciri orang yang mempunyai
rasa tanggung jawab pribadi yang tinggi:
1. Mengerjakan Pekerjaan yang
diberikan kepadanya secara tuntas
2.Selalu berusaha untuk
menghasilkan yang terbaik
3. Merasa bertanggung jawab
atas semua yang dihasilkan, baik yang buruk atau yang baik
4. Sering menyalahkan diri
sendiri, kalau ada hal-hal yang salah.
Definisi kepribadian menurut
psikologi[sunting | sunting sumber]
Berdasarkan psikologi, Gordon
Allport menyatakan bahwa kepribadian sebagai suatu organisasi (berbagai aspek
psikis dan fisik) yang merupakan suatu struktur dan sekaligus proses. Jadi,
kepribadian merupakan sesuatu yang dapat berubah. Secara eksplisit Allport
menyebutkan, kepribadian secara teratur tumbuh dan mengalami perubahan.
Ekstraversi dan
Introversi[sunting | sunting sumber]
Personality Continuum Scale.
Menurut dokter psikologi dari Swiss, Carl Jung, terdapat 3 jenis kepribadian
umum pada manusia, yaitu Introvert (Introversion), Ambievert (Ambiversion) dan
Extrovert (Extraversion).[2]
Diagram Eysenck. Diagram
Kepribadian Eysenck yang merupakan pengembangan dari teori Hippocrates.[3]
Di dalam psikologi, terdapat
pengelompokkan kepribadian manusia bedasarkan bagaimana manusia memperoleh
gairahnya.[4] Pengelompokkan ini pertama kali dicetuskan oleh Carl Jung (1920),
dalam bukunya berjudul Psychologische Typen.[4] Secara umum, pribadi yang
ekstrover mendapatkan gairah (atau energi) dari interaksi sosial.[4] Ekstrover
biasanya memiliki kepribadian yang terbuka dan senang bergaul, serta memiliki
kepedulian yang tinggi terhadap apa yang terjadi di sekitar mereka.[4] Sementara
introver, di sisi lain, dianggap mendapatkan gairah lewat menyendiri.[4]
Introver, biasanya cenderung pendiam, suka merenung, dan lebih perduli tentang
pemikiran mereka dalam dunia mereka sendiri.[4] Di antarakecenderungan ekstrem
introversi dan ekstroversi, terdapat ambiversi yang merupakan kepribadian
penengah antara ekstrover dan introver.[4] Meskipun terdapat perbedaan yang
kontras antara introver dan ekstrover, Carl Jung menganggap bahwa jarang
terdapat manusia yang sepenuhnya ekstrover atau introver.[4]
Struktur Kepribadian[sunting |
sunting sumber]
Eysenck berpendapat bahwa
kebanyakan ahli-ahli teori kepribadian terlalu banyak mengemukakan
variabel-variabel kompleks dan tidak jelas. Pendapat ini dikombinasikan dengan
anlisisnya, yaitu dengan analisis faktor yang telah menghasilkan sistem
kepribadian yang ditandai oleh adanya sejumlah kecil dimensi-dimensi pokok yang
didefinisikan dengan teliti dan jelas.
Kepribadian sebagai organisasi
tingkah laku dipandang Eysenck memiliki empat tingkatan hirarki, berturut-turut
dari hirarki yang tinggi ke hirarki yang rendah :
Hirarki tertinggi :
Tipe/Supertraits, kumpulan dari trait, yang mewadahi kombinasi trait dalam
suatu dimensi yang luas.
Hirarki kedua : Trait,
kumpulan kecenderungan kegiatan, koleksi respon yang saling berkaitan atau
mempunyai persamaan tertentu. Ini adalah disposisi kepribadian yang penting dan
permanen.
Hirarki ketiga : Kebiasaan
tingkah laku atau berpikir, kumpulan respon spesifik, tingkahlaku/pikiran yang
muncul kembali untuk merespon kejadian yang mirip.
Hirarki terendah : Respon
spesifik, tingkahlaku yang secara aktual dapat diamati, yang berfungsi sebagai
respon terhadap suatu kejadian.
Jika dilihat dari hubungnnya
dengan hirarki di atas, maka dapat disebutkan bahwa antar bagian dari hirarki
kepribadian tersebut terjadi interaksi dan saling berpengaruh antar satu dengan
yang lainnya. Sebagai contoh adalah adanya interaksi antara bagian kepribadian
yang disebut sebagai specific response dan habitual response. Dimana yang
disebut sebagai specific response yakni perilaku atau pikiran individual yang
bisa mencirikan sebuah pribadi atau tidak, misal seorang siswa yang
menyelesaikan tugas membaca. Sedangkan habitual response dapat dimaknai sebagai
respon yang terus berlangsung di bawah kondisi yang sama, misal jika seorang
siswa seringkali berusaha sampai suatu tugas selesai dikerjakannya. Habitual
response ini dapat berubah-ubah ataupun dapat menetap.
Setelah mengetahui penjelasan
di atas, maka dapat disimpulkan bahwa untuk membuat perilaku tertentu atau
specific response menjadi sebuah kebiasaan atau habitual response maka perlu
adanya pengulangan perilaku tertentu tersebut hingga beberapa kali. Sedangkan
jika individu tersebut tidak menginginkan perilaku tertentu itu menjadi sebuah
habitual response atau sebuah kebiasaan, maka tidak diperlukan pengulangan
perilaku hingga berkali-kali. Dan hubungan serta interaksi juga berlaku pada
bagian kepribadian Eysenck yang lain, seperti tipe dan trait.
Ciri-ciri kepribadian[sunting
| sunting sumber]
Para ahli tampaknya masih
sangat beragam dalam memberikan rumusan tentang kepribadian. Dalam suatu
penelitian kepustakaan yang dilakukan oleh Gordon W. Allport (Calvin S. Hall
dan Gardner Lindzey, 2005) menemukan hampir 50 definisi tentang kepribadian
yang berbeda-beda. Berangkat dari studi yang dilakukannya, akhirnya dia
menemukan satu rumusan tentang kepribadian yang dianggap lebih lengkap. Menurut
pendapat dia bahwa kepribadian adalah organisasi dinamis dalam diri individu
sebagai sistem psiko-fisik yang menentukan caranya yang unik dalam menyesuaikan
diri terhadap lingkungannya. Kata kunci dari pengertian kepribadian adalah
penyesuaian diri. Scheneider (1964) mengartikan penyesuaian diri sebagai “suatu
proses respons individu baik yang bersifat behavioral maupun mental dalam upaya
mengatasi kebutuhan-kebutuhan dari dalam diri, ketegangan emosional, frustrasi
dan konflik, serta memelihara keseimbangan antara pemenuhan kebutuhan tersebut
dengan tuntutan (norma) lingkungan.
Sedangkan yang dimaksud dengan
unik bahwa kualitas perilaku itu khas sehingga dapat dibedakan antara individu
satu dengan individu lainnya. Keunikannya itu didukung oleh keadaan struktur
psiko-fisiknya, misalnya konstitusi dan kondisi fisik, tampang, hormon, segi
kognitif dan afektifnya yang saling berhubungan dan berpengaruh, sehingga
menentukan kualitas tindakan atau perilaku individu yang bersangkutan dalam
berinteraksi dengan lingkungannya.
Untuk menjelaskan tentang
kepribadian individu, terdapat beberapa teori kepribadian yang sudah banyak
dikenal, diantaranya : teori Psikoanalisa dari Sigmund Freud, teori Analitik
dari Carl Gustav Jung, teori Sosial Psikologis dari Adler, Fromm, Horney dan
Sullivan, teori Personologi dari Murray, teori Medan dari Kurt Lewin, teori
Psikologi Individual dari Allport, teori Stimulus-Respons dari Throndike, Hull,
Watson, teori The Self dari Carl Rogers dan sebagainya. Sementara itu, Abin
Syamsuddin (2003) mengemukakan tentang aspek-aspek kepribadian, yang di
dalamnya mencakup :
Karakter yaitu konsekuen tidaknya
dalam mematuhi etika perilaku, konsiten tidaknya dalam memegang pendirian atau
pendapat.
Temperamen yaitu disposisi
reaktif seorang, atau cepat lambatnya mereaksi terhadap rangsangan-rangsangan
yang datang dari lingkungan.
Sikap; sambutan terhadap objek
yang bersifat positif, negatif atau ambivalen.
Stabilitas emosi yaitu kadar
kestabilan reaksi emosional terhadap rangsangan dari lingkungan. Seperti mudah
tidaknya tersinggung, marah, sedih, atau putus asa
Responsibilitas (tanggung
jawab) adalah kesiapan untuk menerima risiko dari tindakan atau perbuatan yang
dilakukan. Seperti mau menerima risiko secara wajar, cuci tangan, atau
melarikan diri dari risiko yang dihadapi.
Sosiabilitas yaitu disposisi
pribadi yang berkaitan dengan hubungan interpersonal. Seperti : sifat pribadi
yang terbuka atau tertutup dan kemampuan berkomunikasi dengan orang lain.
Setiap individu memiliki
ciri-ciri kepribadian tersendiri, mulai dari yang menunjukkan kepribadian yang
sehat atau justru yang tidak sehat. Dalam hal ini, Elizabeth (Syamsu Yusuf,
2003) mengemukakan ciri-ciri kepribadian yang sehat dan tidak sehat, sebagai
berikut :
Kepribadian yang sehat[sunting
| sunting sumber]
Mampu menilai diri sendiri
secara realisitik; mampu menilai diri apa adanya tentang kelebihan dan
kekurangannya, secara fisik, pengetahuan, keterampilan dan sebagainya.
Mampu menilai situasi secara
realistik; dapat menghadapi situasi atau kondisi kehidupan yang dialaminya
secara realistik dan mau menerima secara wajar, tidak mengharapkan kondisi
kehidupan itu sebagai sesuatu yang sempurna.
Mampu menilai prestasi yang
diperoleh secara realistik; dapat menilai keberhasilan yang diperolehnya dan
meraksinya secara rasional, tidak menjadi sombong, angkuh atau mengalami
superiority complex, apabila memperoleh prestasi yang tinggi atau kesuksesan
hidup. Jika mengalami kegagalan, dia tidak mereaksinya dengan frustrasi, tetapi
dengan sikap optimistik.
Menerima tanggung jawab; dia
mempunyai keyakinan terhadap kemampuannya untuk mengatasi masalah-masalah
kehidupan yang dihadapinya.
Kemandirian; memiliki sifat
mandiri dalam cara berfikir, dan bertindak, mampu mengambil keputusan,
mengarahkan dan mengembangkan diri serta menyesuaikan diri dengan norma yang
berlaku di lingkungannya.
Dapat mengontrol emosi; merasa
nyaman dengan emosinya, dapat menghadapi situasi frustrasi, depresi, atau
stress secara positif atau konstruktif , tidak destruktif (merusak)
Berorientasi tujuan; dapat
merumuskan tujuan-tujuan dalam setiap aktivitas dan kehidupannya berdasarkan
pertimbangan secara matang (rasional), tidak atas dasar paksaan dari luar, dan
berupaya mencapai tujuan dengan cara mengembangkan kepribadian (wawasan),
pengetahuan dan keterampilan.
Berorientasi keluar
(ekstrovert); bersifat respek, empati terhadap orang lain, memiliki kepedulian
terhadap situasi atau masalah-masalah lingkungannya dan bersifat fleksibel
dalam berfikir, menghargai dan menilai orang lain seperti dirinya, merasa
nyaman dan terbuka terhadap orang lain, tidak membiarkan dirinya dimanfaatkan
untuk menjadi korban orang lain dan mengorbankan orang lain, karena kekecewaan
dirinya.
Penerimaan sosial; mau
berpartsipasi aktif dalam kegiatan sosial dan memiliki sikap bersahabat dalam
berhubungan dengan orang lain.
Memiliki filsafat hidup;
mengarahkan hidupnya berdasarkan filsafat hidup yang berakar dari keyakinan
agama yang dianutnya.
Berbahagia; situasi
kehidupannya diwarnai kebahagiaan, yang didukung oleh faktor-faktor achievement
(prestasi), acceptance (penerimaan), dan affection (kasih sayang).
Kepribadian yang tidak
sehat[sunting | sunting sumber]
Mudah marah (tersinggung)
Menunjukkan kekhawatiran dan
kecemasan
Sering merasa tertekan (stress
atau depresi)
Bersikap kejam atau senang
mengganggu orang lain yang usianya lebih muda atau terhadap binatang
Ketidakmampuan untuk
menghindar dari perilaku menyimpang meskipun sudah diperingati atau dihukum
Kebiasaan berbohong
Hiperaktif
Bersikap memusuhi semua bentuk
otoritas
Senang mengkritik/mencemooh
orang lain
Sulit tidur
Kurang memiliki rasa tanggung
jawab
Sering mengalami pusing kepala
(meskipun penyebabnya bukan faktor yang bersifat organis)
Kurang memiliki kesadaran
untuk mentaati ajaran agama
Pesimis dalam menghadapi
kehidupan
Kurang bergairah (bermuram
durja) dalam menjalani kehidupan
Langkah-langkah menjadi
pribadi yang menyenangkan
Kepribadian manusia selalu
menjadi tema yang menarik untuk dicari tahu, apalagi kepribadian kita sendiri.
Rasa ingin tahu tersebutlah yang lantas membuat banyak orang pergi ke psikolog
untuk menjalani tes-tes kepribadian. Semua ini dilakukan demi mengetahui
“seperti apa sesungguhnya diri kita ini?”
1. Jadilah Pemberi yang Tulus
Pribadi yang menyenangkan
adalah pribadi yang menjadi pemberi yang tulus, memberikan apapun yang terbaik,
bermanfaat, membawa inspirasi untuk hidup yang lebih baik bagi orang lain. Kita
jangan pernah pelit, jangan menghitung untung-rugi, jangan terbiasa
menggantungkan hidup dari pemberian orang lain. Memberikan yang terbaik untuk
orang lain, terutama yang benar-benar membutuhkan kita.
1. Memiliki Kemauan yang Kuat
Orang yang tidak memiliki
kemauan kuat tidak akan pernah sukses. Ini akan bertambah buruk ketika kita
mengandalkan pemikiran orang lain. Bila kita selalu bergantung pada orang lain,
berarti kita selamanya menjadi ”bawahan”; orang yang hanya menjadi pelaksana
kerja tanpa pernah menjadi pemimpin bagi diri sendiri dan orang lain. Jadilah
pribadi yang berkemauan kuat untuk merasakan keberhasilan dan kebahagiaan.
Percaya diri, jangan mudah menyerah, perbesar motivasi untuk sukses adalah
kunci atau kiat untuk mencapai keberhasilan.
1. Jadilah Diri Sendiri
Gampang-gampang susah menjadi
diri sendiri, yang memiliki kelebihan dan keunikan di banding orang lain. Namun
faktanya kita bisa menjadi diri kita sendiri; kita bisa memiliki kelebihan di
bidang yang kita geluti, dan memancarkan keunikan karena kita berbeda dari
orang lain. Syukuri apa pun keadaan kita saat ini, yakinlah pada apa yang kita
perbuat; selama perbuatan kita baik dan memancarkan kasih pada sesama. Dan,
miliki standar penilaian untuk diri sendiri; orang yang tepat menilai diri kita
adalah kita sendiri. Orang lain memang dapat menilai kita, namun ketepatannya
tidaklah sama bila kita menilai diri kita sendiri.
2. Memiliki Etika
Pergaulan yang sehat mudah
diciptakan bila setiap pribadi memiliki etika yang tinggi. Sebaliknya pribadi
yang amburadul, tidak menghargai aturan bersama, akan merusak citra diri dan
kelompok, termasuk dilingkungan kita berada atau bekerja. Menghargai orang lain
seperti kita menghargai diri kita sendiri akan mempermudah kita menyesuaikan
diri dengan orang lain. Menghargai sistem yang berlaku dilingkungan pergaulan,
dan mempelajari seluk-beluk etika yang melingkupi kita. Dengan perilaku seperti
ini, kita akan mudah memiliki etika yang diterima lingkungan, baik lingkungan
kerja maupun keluarga.
3. Pribadi yang Sederhana
Kesederhanaan hati dalam
berperilaku mencerminkan ”kerendahan jiwa” yang memesona bagi diri sendiri dan
orang lain. Sebaliknya, kesombongan dan sikap selalu meninggikan diri lebih
sering merusak interaksi dengan sesama. Sebuah kesuksesan sering kali bermula
dari kesederhanaan sikap dan langkah. Oleh karena itu, apabila kita ingin
menciptakan keberhasilan yang tidak melukai orang lain, milikilah jiwa yang
sederhana. Kita tidak akan pernah merasa”lebih tinggi dan lebih hebat” dari
orang lain apabila kita selalu merendah, mengedepankan kesederhanaan yang
mengagumkan.
4. Selalu tahu Berterima Kasih
Suatu kesuksesan dalam hidup
ini tidak pernah datang sendirian. Kesuksesan sering kali menghampiri kita
bersama ”jasa orang lain”. Dengan kata lain, kita tidak akan bisa meraih
kesuksesan sendirian; ada andil orang lain. Oleh karena itu, bangunlah pribadi
yang ”tahu berterima kasih” agar kita menyenangkan mereka yang turut memberi
peran dalam kesuksesan kita.
5. Lancarlah Berkomunikasi
Mengabaikan komunikasi sama
halnya dengan mengabaikan keberhasilan. Oleh karena itu, secepatnyalah
membangun pribadi yang lancar berkomunikasi agar keberhasilan tidak lewat
begitu saja dihadapan kita. Dengan lancar berkomunikasi, kita kita akan mudah
memandu diri sendiri dan orang lain yang berada di lingkup kesuksesan kita
untuk bersama-sama memahami kesulitan atau tantangan yang harus dipecahkan,
tanpa perlu terjadi salah paham dalam suatu beban tugas.
6. Kendalikan Diri
Untuk membangun diri dengan
baik kita harus mengendalikan diri sendiri dalam segala hal. Pengendalian diri
yang baik juga akan memandu kita dalam menentukan bidang keberhasilan yang kita
inginkan. Suasana apapun yang sedang melingkupi kita saat ini, buatlah suasana
itu menyenangkan bagi diri sendiri. Apabila kita sedang mengalami duka yang
mendalam, anggaplah hal itu sebagai ”pemanis hidup”. Jangan beranggapan bahwa
kita akan selamanya mengalami situasi pahit itu. Sebaliknya, bila kita sedang
bersukacita, jangan terbawa emosi untuk merayakan secara berlebihan. Kita harus
dapat menendalikan diri untuk secara wajar menikmati kebahagian yang kita
rasakan. Penendalian diri itulah kuncinya. Dalam situasi apa pun, kendalikanlah
diri kita.
7. Jujurlah pada Diri Sendiri
Meski kadang menyakitkan,
kejujuran tetap harus kita utamakan. Jangan biarkan diri kita rusak hanya
karena ketidakjujuran, kelicikan, suka berkelit, atau karena
perbuatan-perbuatan tidak kesatria lainya. Kita harus berdiri di atas kejujuran
dalam setiap hal yang berkaitan dengan impian menuju keberhasilan. Ada beberapa
cara yang dapat kita lakukan untuk menanamkam rasa jujur dalam diri kita
sendiri; biasakan berbuat sesuatu sesuai dengan ucapan anda, jangan
”menyembunyikan diri” dibalik kelemahan, akuilah kelemahan yang ada pada diri
kita, dan yang terakhir, ingatlah bahwa orang lain sakit hati ketika kita
bohongi.
8. Bersikaplah Percaya Diri
Apa yang dapat kita lakukan
tanpa kepercayaan diri? Mungkin kita hanya terombang-ambing dalam sebuah
keadaan tanpa bisa berbuat apa-apa. Mungkin kia hanya menggantungkan nasib
tanpa memiliki keputusan terbaik demi diri sendiri. Lebih berbahaya lagi,
seluruh hidup kita ketergantungan pada orang lain yang lebih memiliki
kepercayaan diri. Jadi sangatlah pantas bila kita melihat dan mengukur seberapa
besar kepercayaan diri yang kita miliki? Apabila kita belum memiliki
kepercayaan diri, galilah dengan cerdas dari dasar hati dan pikiran.
Sebaliknya, apabila kita telah memilikinya, gunakan untuk meraih impian dan
kesuksesan dalam diri kita. Rasa percaya diri bisa membuat kita mudah untuk
menentukan sikap, mampu untuk mengatasi kesulitan hidup, dan rasa percaya diri
menuntun kita menuju apa yang kita impikan.
9. Bersikaplah Cepat Tanggap
Mungkin tidak ada tempat untuk
orang yang berjalan lamban di jalur kesuksesan. Tidakan yang lamban selain
membuang waktu, juga terasa membosankan apabila kita tipe pribadi yang ingin
cepat dan cerdas dalam menyelesaikan suatu pekerjaan. Mungkin juga kita merasa
gerah bila melihat orang-orang di sekitar yang menyia-nyiakan waktu dan tenaga
hanya karena mereka kurang cekatan dalam menyelesaikan pekerjaan atau
tugas-tugas. Orang yang cepat tanggap tidak akan meremehkan waktu dan
kesempatan yang datang menghampirinya. Sebaliknya, apa pun tantangan atau
kesempatan yang menghampiri, dengan tanggap dan cekatan akan diambilnya;
hasilya pun cepat mereka nikmati. Ada beberapa kiat yang bisa dilakukan untuk
menjadi pribadi yang cepat tanggap;
a. Jangan terbiasa membuang waktu dengan
percuma. Kebiasaan menghabiskan waktu tanpa tindakan yang bermakna hanya akan
merugikan diri sendiri.
b. Kembangkan Imajinasi. Semakin kaya
imajinasi, semakit cepat kita menanggapi setiap hal yang menghampiri.
c. Mulailah sekarang, karena hari esok
belum tentu berpihak pada kita. Apabila kita beranggapan bahwa inilah saatnya
untuk memulai, maka mulailah segera, jangan ditunda-tunda.
10. Buat daftar perilaku anda yang terdiri dari
kebaikan dan keburukan.
Kemudian coba bandingkan mana
yang lebih banyak kebaikan atau keburukan. Lalu pikirkan apa yang mendorong
anda bersikap baik dan apa yang mendorong anda berperilaku buruk. Berjanjilah
pada diri sendiri untuk merubah hal-hal buruk pada diri anda. Setiap saat anda
berhasil merubahnya, berjanjilah untuk tidak kembali menjadi buruk. Dengan
demikian, perlahan-lahan sikap dan sifat buruk anda akan hilang sama sekali.
11. Jagalah ‘ucapan’ anda
Pepatah mengatakan ‘lidah
lebih tajam daripada pedang’. Memang kadang kata-kata dan ucapan yang ‘pedas’
terasa lebih menyakitkan daripada perbuatan buruk sekalipun. Kalau selama ini
anda dikenal sebagai orang yang ‘nyinyir’ dan ketus cobalah untuk merubahnya
perlahan-lahan. Tahan keinginan anda untuk melontarkan komentar buruk, celaan,
dan sindiran terhadap orang lain yang tidak anda sukai, sekalipun anda sangat
ingin.
12. Dengarkan orang lain
Salah satu hal yang membuat
anda disukai banyak orang adalah anda bisa menjadi pendengar yang baik. Coba
anda cermati setiap kali anda berinteraksi. Apakah anda terlalu mendominasi
percakapan jika berbincang dengan orang lain?. Jika ‘ya’ cobalah untuk belajar
mendengar. Jangan terlalu sibuk memuji diri sendiri. Berikan respon yang
positif atas percakapannya dengan anda.
13. Jangan menunjukkan sikap tidak setuju pada
orang lain secara frontal, sekalipun memang anda tidak setuju.
Pada moment tertentu seperti
rapat kantor atau diskusi, anda memang boleh mengungkapkan kebenaran dengan
menyanggah pendapat orang lain yang anda anggap salah. Tetapi pada obrolan
santai seperti saat makan siang, anda tidak perlu terlalu menunjukkan sikap
tidak setuju pada pendapat teman anda. Anggukkan kepala setiap kali teman anda
berbicara.
14. Jangan biarkan orang lain merasa tidak
nyaman dengan kehadiran anda.
Selama ini anda yang tergolong
pemarah, sensitif, sering mengeluh, dan jarang tersenyum membuat orang lain
merasa enggan berada di dekat anda. Orang lain merasa tidak nyaman, karena
khawatir sewaktu-waktu anda akan melibatkan dia dalam emosi anda. Coba kendalikan
emosi dengan lebih memahami kehadiran orang-orang di sekeliling anda.
Belajarlah untuk berpikir positif dan tersenyumlah pada orang-orang yang
menyapa anda. Ciptakan suatu sikap yang membuat orang lain merasa ‘nyaman’
dengan kehadiran anda.
Komentar
Posting Komentar