BAHAYA MEMBOLOS
SEKOLAH DIKALANGAN PELAJAR
- Pengertian Membolos Sekolah
Perilaku membolos
adalah perilaku yang dikenal dengan istilah truancy yang berarti pelajar yang
pergi ke sekolah dengan berseragam, tetapi mereka tidak sampai ke sekolah.
Perilaku membolos sekolah umumnya ditemukan pada pelajar mulai dari tingkat
Sekolah Menengah Pertama. Membolos sekolah juga dapat diartikan sebagai
perilaku pelajar yang tidak masuk sekolah dengan alasan yang tepat.
- Faktor Penyebab Perilaku Membolos
Sekolah Salah satu
faktor penyebab perilaku membolos sekolah adalah terkait dengan masalah
kenakalan remaja secara umum. Perilaku tersebut tergolong perilaku yang tidak
mudah dihilangkan sehingga harus ditangani secara serius. Faktor penyebab
perilaku membolos di kalangan pelajar yaitu:
1. Faktor Sekolah
Faktor sekolah yang beresiko meningkatkan munculnya perilaku membolos sekolah
pada pelajar antara lain kebijakan mengenai pembolosan yang tidak konsisten,
interaksi yang kurang an tara orang tua siswa dengan pihak sekolah, dan
lain-lain.
2. Faktor Personal
Faktor personal misalnya terkait dengan menurunnya motivasi pelajar,kondisi
ketinggalan pelajaran, atau karena kenakalan pelajar itu sendiri.
3. Faktor Keluarga
Faktor keluarga meliputi pola orang tua dalam mengasuh anak atau kurangnya
partisipasi orang tua dalam mendidik anak.
- Dampak Negatif dari Perilaku Membolos
Sekolah Pelajar
yang sering membolos sekolah akan mengalami kegagalan dalam pelajaran, selain
mengalami kegagalan dalam belajar pelajar tersebut juga dapat mengalami
perasaan tersisihkan oleh teman-temannya. Hal ini terjadi karena manakala
pelajar tersebut sudah begitu parah keadaannya sehingga teman-temannya
menjauhinya. Dampak negatif dari perilaku membolos sekolah juga dapat membuat
pelajar menjadi kehilangan rasa kedisiplinannya dan ketaatan terhadap peraturan
sekolah berkurang, dan yang lebih parah adalah pelajar tersebut dapat
dikeluarkan dari sekolah.
- Cara Mengatasi Pelajar Membolos
Tanpa disadari,
pihak sekolah bisa menjadi penyebab utama perilaku membolos sekolah pada
pelajar, apalagi sekolah yang kurang memiliki kepedulian terhadap apa yang
terjadi pada siswa. Awalnya barangkali siswa membolos karena faktor personal
atau permasalahan dalam keluarganya. Kemudian masalah muncul karena sekolah
tidak memberikan tindakan yang tegas.
Ketidak tegasan
pihak sekolah inilah yang akan membuat pelajar membolos sekolah. Jika penyebab
perilaku membolos adalah faktor tersebut, maka penanganan dapat dilakukan
dengan melakukan penegakan disiplin sekolah. Peraturan sekolah harus lebih
jelas dengan sanksi-sanksi yang dibuat secara tegas, termasuk peraturan
mengenai presensi siswa sehingga perilaku membolos dapat dihilangkan.
Selanjutnya,
faktor lain yang perlu diperhatikan pihak sekolah adalah kegiatan belajar
mengajar yang berlangsung di sekolah. Dalam menghadapi siswa yang sering
membolos, pendekatan individual perlu dilakukan oleh pihak sekolah. Selain
terkait dengan permasalahan pribadi dan keluarga, kepada siswa perlu ditanyakan
pandangan mereka terhadap kegiatan belajar di sekolah, apakah siswa merasa
tugas-tugas yang ada sangat mudah sehingga membosankan dan kurang menantang
atau sebaliknya sangat sulit sehingga membuat pelajar putus asa.
Tugas pihak
sekolah dalam membantu menurunkan perilaku membolos adalah mengusahakan kondisi
sekolah hingga nyaman bagi siswa-siswanya. Kondisi ini meliputi proses belajar
mengajar di kelas, proses administratif serta informal di luar kelas.
Dalam lingkungan
sekolah, guru memiliki peran penting pada perilaku siswa termasuk perilaku membolos.
Jika guru tidak memperhatikan siswanya dengan baik dan hanya berorientasi pada
selesainya penyampaian materi pelajaran di kelas, peluang perilaku membolos
pada siswa semakin besar karena siswa tidak merasakan menariknya pergi ke
sekolah.
Salah satu cara
yang dapat dilakukan guru untuk memperhatikan siswa sehingga mereka tertarik
datang dan merasakan manfaat sekolah adalah dengan melakukan pengenalan
terhadap apa yang menjadi minat tiap siswa, apa yang menyulitkan bagi mereka,
serta bagaimana perkembangan mereka selama dalam proses pembelajaran. Dengan
perhatian seperti itu siswa akan terdorong untuk lebih terbuka terhadap guru
sehingga jika ada permasalahan, guru dapat segera membantu. Dengan suasana
seperti itu siswa akan tertarik pergi ke sekolah dan perilaku membolos yang
mengarah pada kenakalan remaja dapat dikurangi.
- Cara Pencegahan Perilaku Membolos Sekolah
Suatu perilaku
yang menyimpang ternyata mempunyai latar belakang lingkungan dan kehidupan
sosial yang buruk. Ini bisa terjadi dari lingkungan keluarga, teman dan
masyarakat. Tidak jarang juga dari status ekonomi keluarga dalam masyarakat.
Faktor ekstrogen,
remaja hidup dalam interaksi dengan lingkungan, sehingga mendapat pengaruh yang
besar pula bagi pembentukan pribadinya. Lingkungan yang sehat dengan menanamkan
pendidikan yang benar dan ada hubungan yang harmonis memungkinkan seseorang
dapat menjadikan lebih dewasa dan matang dalam kepribadian. Keadaan keluarga,
sekolah dan masyarakat menentukan pula kemungkinan berkembangnya pribadi tersebut.
Usaha
penanggulangan masalah kenakalan ini adalah dengan belajar kasus menggunakan
pendekatan terapi realitas. Konsep dasarnya adalah kenyataan yang sebenarnya
yang akan dihadapi tanpa memandang jauh ke masa lalu. Pendekatan ini juga bisa
dikatakan atau menekankan pada masa kini. Pendekatan ini akan membimbing anak
mampu menghadapi apa yang akan dihadapinya, mampu mengambil keputusan yang
tepat untuk kedepannya. Sikap humanis ini ditunjukkan untuk memberikan gambaran
dan bimbingan yang menghargai hak-haknya dan mengarahkan untuk pemenuhan
kewajiban-keajiban yang harus dijalankan.
Dalam hal ini juga
tidak semata-mata bisa di lakukan oleh pihak sekolah tetapi juga oleh pihak
keluarga, sekolah dan masyarakat harus juga berpartisipasi mengembangkan bakat
dan kemampuanya secara seimbang baik dalam bidang non material maupun dalam
bidang spiritual agar tidak terjadi prilaku yang menyimpang.
Berikut beberapa
langkah yang dapat dilakukan dalam menangani anak yang suka bolos sekolah :
1. Setelah
mengetahui alasan mengapa anak bolos sekolah, maka segera lakukan tindakan yang
diperlukan. Jika penyebabnya adalah bullying, maka orangtua harus segera
berbicara dengan otoritas sekolah. Jika anak bolos sekolah untuk menghabiskan
lebih banyak waktu dalam kegiatan lain, maka orangtua harus memberi dukungan
atas minatnya tersebut. Tetapi orangtua pun harus memberi tahu anak bahwa anak
tidak dapat melakukan hal itu dengan mengorbankan pendidikan formalnya.
Orangtua mengajari anak cara menyeimbangkan kegiatan ektrakurikulernya di dalam
dan di luar sekolah.
2. Jika anak bolos
sekolah karena memiliki masalah dengan suatu mata pelajaran tertentu, orangtua
harus membantu anak keluar dari kesulitan tersebut. Jika orangtua tidak dapat
melakukannya sendiri, maka orangtua dapat menemukan orang yang tepat untuk
membantu dalam hal ini.
3. Masalah
orangtua boleh jadi sedikit lebih rumit jika ternyata anak bolos sekolah semata
untuk hangout dengan rekan-rekannya. Pada kasus seperti ini, orangtua harus
menginformasikan pada anak tentang jahatnya efek negatif dari tekanan kawan
sebaya dan betapa pentingnya pendidikan formal. Kalau perlu mengundang orangtua
dari kawan anak dan bersama-sama mendiskusikan perkembangan perilaku anak
disekolah.
4. Menunjukkan
kepada anak dengan contoh bagaimana akibat dari mengabaikan studi dapat membuat
anak gagal di masa depannya. Orangtua harus mencari tahu apa yang dilakukan
anak saat bolos sekolah.
5. Setelah
orangtua mengambil langkah-langkah tersebut, orangtua harus menindaklanjuti
dengan mengecek kehadiran anak disekolahnya secara teratur. Tindakan seperti
ini berfungsi sebagai penghalang untuk pelajar
- Peran dan Fungsi Bimbingan Konseling (BK) dalam Mengatasi Siswa yang Suka Membolos
Bimbingan
Konseling atau sering disebut sebagai BP dahulu sering kali menjadi momok atau
bahkan sesuatu yang dibenci oleh siswa karena lebih berfungsi sebagai
pengadilan siswa dari pada membimbing siswa. Jika ada siswa yang bermasalah
melanggar aturan sekolah maka langsung dipanggil guru BP untuk dilakukan
pembinaan yang cenderung ke arah penghakiman. Paradigma itu semestinya perlu
sedikit diubah yaitu bahwa Bimbingan Konseling tidak hanya mengurusi anak yang
bermasalah melanggar aturan sekolah namun juga harus bisa berfungsi sebagai
teman bagi siswa dan pelajar hingga bisa menjadi tempat curhat. Bimbingan
konseling semestinya bisa memberikan rasa nyaman kepada siswa dengan dapat
memberikan banyak solusi terhadap masalah-masalah yang dihadapi siswa baik
stres masalah pelajaran, keluarga,pertemanan dan lain sebagainya. Perubahan paradigma
ini diharapkan kenakalan maupun stress dikalangan siswa bisa semakin
dieliminir.
Kewajiban sekolah, selain mengajar
(dalam arti hanya mengisi otak anak - anak dengan berbagai ilmu pengetahuan),
juga berusaha membentuk pribadi anak menjadi manusia yang berwatak baik.
Mengajar tidak sekedar transfer pengetahuan, tetapi lebih kepada usaha untuk
membentuk pribadi santun dan mampu berdiri sendiri. Sehingga jika terjadi suatu
permasalahan pada siswa, pendidik atau pihak sekolah juga turut memikirkannya,
berusaha mencarikan jalan keluar.
Dalam menghadapi anak tersebut peran BK
sangatlah penting. Sebagai sarana untuk mencari solusi, fungsi BK cukup
efisien. Melalui pendekatan personal, harapannya siswa dapat lebih terbuka
dengan pemasalahannya, sehingga pembimbing dapat memahami dan mendapat gambaran
secara jelas apa yang sedang dihadapi siswa. Menghentikan sepenuhnya kebiasaan
membolos memang tidaklah mudah dan sangatlah minim kemungkinannya. Tetapi usaha
untuk meminimalisisir kebiasaan tidak baik tersebut tentu ada. Dan salah satu
usaha dari pihak sekolah ialah dengan program Bimbingan Konseling (BK). Kita
mungkin pernah melihat atau bahkan mengalami sendiri bagaimana rasanya dihukum
karena membolos. Padahal menghukum bukanlah satu-satunya jalan untuk membuat
siswa jera dalam melakukan perbuatannya. Bisa jadi hal tersebut malah
menjadikan anak lebih bengal dan lebih susah ditangani. Sebab siswa remaja
merupakan masa kondisi emosi yang tidak labil, mudah tersinggung dan mudah
sekali marah. Ibaratnya tulang rusuk, jika dipaksakan untuk lurus maka ia akan
patah. Oleh karena itu, penanganannya harus hati - hati.
2.4.1 Tindakan yang dapat dilakukan
a. Dengan
Mengetahui Faktor - Faktor Penyebabnya
Dengan mengetahui
faktor - faktor penyebabnya, pembimbing sedikit tahu bagaimana kondisi
permasalahan siswa. Langkah selanjutnya ialah melalui pendekatan supaya siswa
yang membolos mau menerima arahan dari pembimbing. Adapun jika siswa masih
bersikap tertutup, tidak mau menceritakan permasalahan mengapa ia membolos,
maka pembimbing menggunakan cara lain yaitu menanyakan pada teman dekatnya.
Begitu semua informasi yang diperlukan telah diperoleh, pembimbing langsung
mengambil tindakan preventif dan pengobatan. Seperti yang telah dikemukakan di
atas, pencegahan tidak harus melalui hukuman. Memberi nasehat dan arahan yang
baik akan lebih mengena dari pada membentak dan memarahinya. Tidak teraturnya
anak masuk sekolah tidak sepenuhnya terletak pada siswa. Ada banyak sebab yang
terletak di luar kekuasaan anak, atau yang kurang dikuasai anak. Jadi kegiatan
membolos siswa tidak sepenuhnya kesalahan siswa. Ada faktor dari luar yang juga
turut andil dalam pembolosan tersebut. Oleh karena itu, tugas BK selain memberi
arahan pada siswa juga mengkondisikan lingkungan sekolahnya sebaik mungkin
supaya siswa merasa betah berada di sekolah. Selain itu pembimbing juga selalu
menjalin komunikasi dengan keluarga siswa ada kesepakatan dalam usaha mengatasi
masalah anak.
b. Menerapkan Gerakan Disiplin
Gerakan disiplin
ini difokuskan untuk memantau para pelajar yang membolos atau pergi pada waktu
jam-jam sekolah. Biasanya mereka barada di tempat keramaian atau di tempat
hiburan. Pelajar yang membolos selain merugikan dirinya sendiri juga berpotensi
untuk menimbulkan keresahan di masyarakat karena biasanya pelajar yang suko
membolos mempunyai tingkat kenakalan yang tinggi dan justru sering medekati
kriminal seperti pengompasan pelajar yang lebih kecil atau dibawahnya sampai
dengan tawuran dan pesta miras. Sex bebas di kalangan pelajar juga muncul dari
fenomena bolos sekolah dimana orang tua sering kali tidak di rumah karena harus
bekerja dimanfaatkan untuk berbuat negatif. Fenomena bolos sekolah ini
sebenarnya tidak bisa dianggap remeh karena dari sinilah banyak hal tentang kerusakan
moral pelajar dimulai. Oleh karena itu perlu tindakan tegas dari para aparat
Satpol PP untuk sering melakukan operasi agar menjadi sebuah shock therapy yang
mempunyai efek jera bagi para pembolos dan juga ketegasan dari pihak sekolah
untuk mencegah siswanya bolos sekolah. Kalaupun siswa harus keluar sekolah pada
jam sekolah haruslah seijin sekolah dengan menggunakan surat ijin.
c. Sosialisasi Kepada Pengelola Hiburan
Pihak Dinas
Pendidikan dibantu oleh Kesbanglinmas dan Satpol PP serta berkoordinasi dengan
Kepolisian harus terus mensosialisasikan kepada para pengelola hiburan seperti
Play Station untuk tidak menerima konsumen Pelajar pada jam sekolah. Kebanyakan
pelajar yang bolos sekolah ”bersembunyi” di sana. Setelah sosialisasi dirasa cukup mungkin dengan penempelan
stiker atau poster tentang larangan pelajar bermain di waktu jam sekolah maka
ditingkatkan menjadi taraf pemantauan. Jika dari pihak pengelola masih
membiarkan para pelajar bolos bermain di situ maka dapat diberi peringatan ,jika
peringatan tidak diindahkan maka bisa dilakukan penyegelan sementara atau
bahkan penutupan paksa disesuaikan dengan aturan yang berlaku.
Sesungguhnya yang paling dominan dalam
mempengaruhi siswa membolos adalah keberadaan guru. Guru yang ideal harus
berfungsi sebagai,Designer of Instruction. Sebagai Designer, guru harus mampu
membuat pembelajaran menarik dan tidak membosankan, tapi seperti yang telah
kita ketahui banyak guru yang tidak mampu sebagai peracik bahan - bahan
pengajaran yang kemudian dikemas dan di sajikan menarik kepada siswa, sehingga
pada gilirannya siswa merasa jenuh di kelas.
Dan tidak kalah pentingnya guru ideal
adalah guru yang mampu menempatkan dirinya sebagai Evaluator of Instruction,
guru diharapkan sebagai penilai hasil ujian siswa dengan mengedepankan
kejujuran, transparansi dalam menilai siswanya. Tapi banyak sekali guru dengan
kesibukannya mencari tambahan ekonomi keluarga, melakukan penilaian dengan cara
“ngaji
(mengarang biji)” nilai siswa dikarang karena tidak punya waktu banyak untuk menilai
satu persatu siswanya. Hal inilah bisa sebagai pemicu siswa membolos.
SOLUSI
1. Guru melakukan pendekatan persuasif dan
edukatif kepada siswa, memposisikan siswa sebagai teman bicara dan bukan
sebagai terdakwa
2. Guru memberikan teladan yang baik kepada
siswa, jangan sampai siswa terlambat dihukum sedangkan guru yang sering
terlambat dibiarkan saja.
3. Guru selalu berkreasi, berinovasi agar
suasana kelas tercipta ceria menyenangkan dan hidup.
4. Guru hendaknya merefleksi dan mengevaluasi
diri apakah siswa dapat menerima dan memahami yang telah diajarkan guru.
5. Guru harus memberikan penilaian kepada siswa
dengan adil, transparan, jujur dan tidak merekayasa.
terima kasih artikelnya sangat membantu, kebetulan kami juga bergerak di bidang pengembangan aplikasi khususnya untuk absensi sekolah berbasis sms gateway terhubung langsung dengan HP orang tua, cocok juga untuk absensi pegawai kantor, untuk lebih jelasnya silahkan hubungi website kami www.schoolmantic.com
BalasHapus